1. PERKUTUT: UMUM
Berbicara mengenai Perkutut Katuranggan biasanya dikaitkan dengan Perkutut Lokal yang diyakini mempunyai kekuatan gaib atau supranatural/yoni menurut kepercayaan orang-orang tua kita sejak beratus-ratus tahun terutama pada masyarakat tradisi Jawa dan bukan Perkutut Silang atau sering dikenal Perkutut Bangkok yang banyak kita lihat dan pelihara saat ini yang diyakini sudah tidak lagi memiliki kekuatan gaib sesuai dengan alam pikiran masyarakat modern. Sehingga Perkutut Katuranggan sering disebut burung alam gaib yang bisa memberikan rezeki, kebahagiaan dan ketenteraman rumah tangga, pangkat dan jabatan, dll.
Kebiasaan menikmati bunyi suaranya anggungan perkutut yang indah ini dimulai sejak zaman Majapahit dan memang burung yang satu ini pada waktu itu biasanya hanya dipelihara oleh kalangan ningrat kerajaan yang semakin dikembangkan pada saat keraton Ngayogjakarta Hadiningrat dibawah Sri Sultan Hamnegku Buwono VII pada tahun 1877-1921.
Perkutut juga diyakini sebagai bilangan ke-lima dari kelengkapan seorang Priya sejati yang sempurna dalam tradisi Jawa yang berlatar kebudayaan keraton yaitu ; Wisma (rumah), Garwa (Istri), Curiga (Keris), Turangga (Kuda) dan Kukila (Perkutut). Perkutut merupakan alat pencipta kepuasan atau kenikmatan pribadi. Suara anggungannya dan keindahan fisiknya dapat memberikan suasana tenang, teduh, santai bahagia dan seolah-olah manusia dapat berhubungan dengan alam semesta secara langsung.
Sebagaimana yang telah dikemukakan pada awal tulisan ini, perkutut memiliki keistimewaan luar biasa karena dianggap memiliki kekuatan gaib yang dapat mempengaruhi pemiliknya berdasarkan ” Katuranggan ” yang dipercaya memiliki titisan darah gaib, juga berdasarkan ” Ciri mathi ” adalah ramalan dalam hubungan bentuk atau sifat tertentu seekor perkutut, sehingga dipercaya memiliki pengaruh baik (membawa keberuntungan/rezeki, ketenteraman rumah tangga, pangkat, dlsb.) atau buruk (membawa sial atau mala petaka) bagi pemilik atau si pemelihara tersebut.
Untuk mengetahui baik tidaknya seekor perkutut, dapat ditilik berdasarkan katuranggan dan ciri mathi berupa ciri fisik seperti bentuk tubuh, bulu, paruh, kaki dan juga sifat, perilaku serta pada saat berbunyi/manggung yang dapat dijelaskan sebagai berikut/seperti di bawah ini.
2. PERKUTUT KATURANGGAN
Perkutut Katuranggan atau Primbon antara lain :
* Perkutut Songgo Ratu: perkutut ini dipercaya sebagai titisan seorang putra Raja Bali di zaman Majapahit yang dikejar-kejar musuhnya dan melarikan diri sampai ke Desa Tutul di Blambangan, Banyuwangi dan mati terbunuh, kemudian berubah menjadi Perkutut yang diberi nama Perkutut Songgo Ratu.. Perkutut ini berciri khas di kepalanya ada jambul semacam mahkota berwarna putih. Sifatnya juga seperti ningrat yang tidak suka berkeliaran, hidupnya hanya di tempat yang sepi seperti didalam goa atau di pekuburan. Perkutut ini kuat menahan lapar dan haus sampai beberapa hari, tidurnya selalu ditempat yang paling tinggi dibanding perkutut lainnya. Mempunyai wibawa yang sangat besar, shingga perkutut yang berada didekatnya tidak akan berani bersuara/bunyi. Ciri-ciri fisiknya yang lain adalah, kaki dan paruhnya berwarna hitam. Bulunya agak kehitam-hitaman. Perkutut yang mempunyai yoni yang besar, biasanya jarang berbunyi dan suaranya relatif juga kecil, demikian pula perkutut yang satu ini. Perkutut ini bisa untuk menolak santet/ilmu hitam, melancarkan rezeki dan mempunyai kewibawaan yang tinggi bagi pemiliknya.
* Perkutut Lurah: dilihat dari corak warna perkutut, sepintas dapat dilihat persamaan tersamar dengan ular, dimana keduanya mempunyai lurik yang hampir sama. Perkutut mempunyai bulu dada yang warnanya lebih terang, bahkan keputih-putihan, begitu juga dengan ular. Perkutut Lurah ini tinggal dihutan makannya disuapi atau dibawakan makanan oleh perkutut yang lain yang menjadi anak buahnya. Biasanya perkutut ini dipelihara oleh atasan atau pemimpin yang mempunyai kedudukan, karena perkutut ini mempunyai yoni kewibawaan yang luar biasa dan mendatangkan rezeki yang berlimpah.
* Perkutut Putih: perkutut ini merupakan primadona yang banyak dikejar-kejar orang, sebab selain sangat langka, perkutut putih ini diyakini bisa mendatangkan kekayaan bagi si pemilik atau si pemeliharanya. Warna bulunya seluruhnya putih, matanya merah, paruh kelabu kemerahan, kaki merah bergaris-garis hitam dan kuku berwarna putih. Perkutut ini biasanya dahulu hanya dimiliki oleh para Raja atau pemimpin. Perkutut ini juga diyakini dari hasil perkawinan In breed yaitu antar saudara sekandung yang berlangsung beberapa generasi sekitar 5 sampai 10 tahun lamanya. Jadi perkutut putih belum tentu anak-anaknya adalah putih, tetapi perkutut biasa yang membawa darah putih pada suatu ketika akan mempunyai keturunan berbulu putih. Konon karena langkanya biasanya sebelum dimiliki seseorang, perkutut putih datang lewat mimpi dengan rupa orang yang sudah tua, berambut serta berjenggot putih.
* Perkutut Hitam atau Kol Buntet: seluruh bulunya hitam legam yang dianggap rajanya perkutut, kalau dipelihara akan memberikan keberuntungan.
* Di samping itu masih ada beberapa jenis perkutut Katuranggan antara lain ; Perkutut berekor 15 lembar ( Pendawa Mijil ), Perkutut berwarna tepung tumpeng atau disebut juga Perkutut Daring Kebak/Tembus, Perkutut Udan Emas, Perkutut bermata merah dan kuning ( Mercu Jiwa ), Perkutut Rondo Semoyo, dll. yang kesemuanya mempunyai yoni sendiri-sendiri antara lain untuk nolak santet dan ketenteraman keluarga ( Tepung Tumpeng ), untuk kewibawaan ( Pendawa Mijil dan Mercu Jiwa yang kewibawaannya besar ), kelancaran berdagang ( Rondo Semoyo ). Jadi dapat dibayangkan jika kita mempunyai seekor perkutut berwarna Tepung Tumpeng, matanya merah atau kuning dan ekornya berjumlah 15 lembar, maka jelas dan pasti perkutut ini adalah perkutut bagus dan langka serta mahal harganya..
Perkutut (Geopelia striata) banyak hidup di hutan-hutan dataran rendah. Sebagai burung yang masuk dalam suku Columbidae, perkutut mempunyai banyak kerabat dekat seperti peragam dan punai yang tersebar luas di seluruh dunia. Namun, khusus jenis perkutut penyebarannya hanya terbatas dari Semenanjung Malaya sampai Australia.
Di Indonesia jenis perkutut cukup banyak. Penghobi membedakan perkutut yang ada sesuai dengan daerah asalnya, misalnya perkutut Sumatera, perkutut Jawa, perkutut Bali, dan perkutut Nusa Tenggara. Khusus untuk di Jawa, masih dibedakan lagi sesuai dengan asal daerah yang selama ini dikenal sebagai daerah penghasil perkutut berkualitas, misalnya perkutut Pajajaran, perkutut Mataram, perkutut Majapahit, perkutut Tuban, dan perkutut Madura.
Di Jawa dulunya perkutut banyak dijumpai di daerah bersemak terbuka yang kering atau di pinggiran hutan yang berdekatan dengan pemukiman penduduk. Bahkan, dulu perkutut juga sering dijumpai mencari makan di ladang atau persawahan.
Umumnya perkutut hidup dan mencari makan secara berpasangan atau dalam kelompok kecil. Burung-burung ini biasanya makan di atas permukaan tanah. Tidak jarang ditemukan perkutut yang sedang minum secara bersamaan pada sumber air.
Karena tidak mudah terganggu dengan kehadiran manusia dan bisa didekati dalam jarak beberapa meter, perkutut dikenal sebagai burung yang agak jinak. Bila merasa terancam, burung ini akan terbang cepat dan berhenti dalam jarak yang pendek atau bertengger di atas pohon yang tidak jauh dari tempat asalnya.
Di alam bebas perkembang biakan perkutut tidak sebaik di breeding farm. Di alam bebas perkutut hanya bertelur dua sampai tiga kali setahun yang terjadi pada bulan Januari-September. Musim berbiak ditandai dengan pembuatan sarang oleh sepasang perkutut yang sedang berahi. Bentuk sarang agak datar dan tipis. Bagian bawah sarang dibuat dari kumpulan ranting yang agak kasar, sedangkan bagian atasnya dilapisi daun rerumputan kering atau serabut yang lebih halus. sarang umumnya diletakkan pada pohon atau semak yang tidak terlalu tinggi dari permukaan tanah.
Beberapa hari setelah sarang jadi, perkutut betina akan bertelur sebanyak dua butir. Telur ini berwarna putih dengan bentuk oval. Ukuran telur kurang lebih 22 X 17mm. Telur akan dierami secara bergantian oleh kedua induk selama kurang lebih dua minggu, setelah itu telur menetas. Anak perkutut yang baru menetas tampak berwarna merah, tidak mempunyai bulu, dan matanya masih tertutup. Pada saat seperti ini anakan masih memerlukan kehangatan dari tubuh induknya. Oleh karena itu, induk akan mengeraminya sampai tumbuhnya bulu (sekitar umur dua minggu).
Anakan perkutut yang baru menetas oleh induknya diberi makan berupa susu yang dihasilkan oleh tembolok induknya. Proses penyusuan ini berjalan sesuai dengan naluri alamiah burung. Anak yang belum bisa melihat tersebut menyentuh-nyentuhkan paruhnya ke arah mulut induknya. Setelah mengena, anakan tersebut akan memasukkan kepalanya di tenggorokan induknya. Proses inilah yang dinamakan menyusu. Bersamaan masuknya kepala si anak ke tenggorokan induk, si induk akan memuntahkan isi tembolok yang berupa cairan dan langsung masuk ke mulut si anak. Proses penyusuan ini biasanya berlangsung sampai si anak keluar bulu atau sudah bisa terbang.
Perkutut tangkapan hutan yang telah lama dipelihara orang lazim disebut perkutut lokal. Perkutut tersebut biasanya sudah pandai manggung, tetapi sayang sulit diternak. Kendalanya perkutut lokal sangat lamban atau tidak mudah berkembang biak. Upaya menyilangkan induk jantan perkutut lokal dengan induk betina perkutut Bangkok juga lambat atau tidak selancar perkutut Bangkok murni. Akhirnya banyak yang memilih indukan jantan maupun betina perkutut Bangkok murni karena lebih efektif .
Perkutut-perkutut lokal tersebut sebenarnya dalam hal suara tidak terlalu berbeda jauh walaupun masing-masing mempunyai ciri khas. Perkutut dari satu daerah mempunyai perbedaan dengan perkutut dari daerah lain, tetapi perbedaannya tidak begitu mencolok. Bahkan, dalam hal ukuran atau berat badan hampir tidak berbeda. Perkutut tergolong dalam kelompok burung kecil (betina 19-21 cm dan jantan 20-24 cm) dengan berat antara 60-70 gram.
Warna tubuh didominasi dengan warna cokelat dengan ekor agak panjang. Warna pada bagian kepala abu-abu dengan bagian belakang kecokelatan. Leher dan bagian sisinya bergaris halus. Bagian punggung berwarna cokelat dengan tepi-tepi bulu berwarna hitam. Bulu sisi terluar pada ekor berwarna agak kehitaman dan pada bagian ujungnya putih.
Iris (selaput pelangi mata) abu-abu agak kebiruan, paruh abu-abu, dan kaki merah jambu. Warna lain yang menjadi ciri khas perkutut adalah bulu pada punggung sayap, sisi leher, dada, dan bagian sisi badan berwarna cokelat agak keabu-abuan.
Jenis perkutut lokal semakin hari semakin kurang diminati oleh penggemar perkutut terhadap suara yang semakin meningkat. Sekarang ini penggemar perkutut menuntut suara yang lebih bagus. Artinya, penggemar perkutut sekarang bukan hanya berpatokan pada munculnya suara depan, tengah, dan belakang saja, melainkan lebih berkembang lagi pada tarikan suara depan yang panjang, tekanan suara, bersihnya suara, dan sebagainya. Tambahan tuntutan tersebut jelas tidak bisa di peroleh dari burung tangkapan alam atau lokal, sebab umumnya suara burung lokal ringan dan datar. Oleh karena itu, tanpa disadari orang harus beralih pada perkutut hasil silangan. Hanya dengan cara silangan penggemar bisa memperoleh suara perkutut sesuai dengan yang diharapkan.
Dengan cara silangan inilah akhirnya penggemar perkutut di tanah air minded dengan perkutut keturunan asal Bangkok (silsilah keturunan). Perkutut asal Bangkok tersebut umunya mempunyai kualitas suara yang bisa diandalkan, baik pada irama dan tekanan suara (depan, tengah, dan belakang) maupun powernya. Hal itu tidak lepas dari kepiawaian dari penangkar di sana yang memang diakui cukup ahli dalam soal silang-menyilang perkutut.
3. MEMILIH BAKALAN PERKUTUT
Membeli perkutut memang tidak seperti membeli jenis burung lainnya. Dalam memilih perkutut, selain perlu ketelatenan juga butuh kejelian agar tidak kecewa di kemudian hari. Sebelum membeli perkutut ada beberapa kriteria yang harus diperhatikan. Pertama, kalau bakalan tersebut untuk konkurs, jelas harus jantan. Kemudian, karena bakalan perkutut tersebut diidentikkan dengan piyik, sedangkan kriteria piyik dalam perkutut sendiri dikategorikan mulai burung baru menetas sampai berumur lima bulan, maka untuk membeli bakalan di masing-masing umur diperlukan pengetahuan dan perhatian sendiri-sendiri. Jadi, dalam membeli bakalan perkutut kita bisa membeli piyik mulai yang baru menetas (berumur beberapa hari) sampai burung mulai menampakkan suara aslinya ketika burung berumur lima bulan.
Para pembeli perkutut, baik untuk didengar suaranya maupun untuk lomba, pasti memilih perkutut jantan. Perkutut jantan mempunyai suara nyaring, tekanan bas pada suaranya besar, dan power-nya besar sehingga kalau berbunyi akan terdengar lantang dan stabil. Bagi penggemar perkutut yang masih baru dan awam tentang perkutut, agak sulit untuk membedakan antara perkutut jantan dan betina. Apalagi kalau membelinya masih dalam tahap bakalan.
Untuk membedakan perkutut jantan dan betina, bisa dilakukan dengan melihat supit (tulang di bawah dubur). Kalau supit tersebut rapat atau hampir bersentuhan, bisa dipastikan jantan. Sebaliknya kalau jarak tulang supit tersebut lebar (sekitar 1 cm atau seukuran jari tangan), berarti betina. Cara ini baru bisa digunakan setelah piyik menginjak umur empat bulan. Sebelum umur empat bulan supit pada piyik jantan relatif renggang sehingga penggemar perkutut yang awam akan kesulitan menentukan bakalan jantan dengan cara ini.
Setelah bakalan berumur empat bulan, apalagi kalau sudah di atas enam bulan, secara alami supit jantan akan menyempit sehinga mudah membedakannya dengan yang betina. Selain itu perkutut jantan yang sudah menjelang dewasa juga bisa diketahui dari bentuk bola mata, bentuk kepala, bentuk fisik dan suara. Bola mata perkutut jantan tampak lebih menonjol denga sorot mata yang tajam, sedangkan yang betina tampak sayu dengan sorot mata lemah. Kepala perkutut jantan berukuran lebih besar dan agak bulat, sedangkan yang betina lebih kecil dan agak lonjong. Ukuran fisik tubuh juga demikian, yang jantan biasanya lebih besar dibandingkan dengan yang betina. suara juga demikian, suara perkutut jantan lebih keras dibandingkan yang betina.
Walaupun kita telah mengetahui bahwa perkutut tersebut jantan, tetapi tidak ada salahnya kalau kita melihat lagi kesempurnaan supitnya. Supit perkutut dikatakan sempurna kalau panjangnya sama dan letaknya sejajar. Perlu diketahui bahwa tidak jarang ditemukan perkutut jantan yang mempunyai supit panjang sebelah (salah satu lebih pendek dan letaknya kurang sejajar). Perkutut dengan ciri demikian walaupun suaranya bagus umunya kurang disukai penggemar karena dianggap cacat dalam katuranggan, ada cacat dalam tubuhnya.
Bakalan perkutut yang baru berumur beberapa hari (masih di bawah umur satu bulan) sulit diketahui baik atau tidak. Oleh karena itu, penggemar perkutut jarang yang membeli perkutut pada umur ini. Membeli perkutut yang berumur di bawah satu bulan mempunyai resiko gambling cukup tinggi kecuali kalau sudah diketahui pasangan induk di kandang tersebut telah dikenal sering melahirkan juara. Tidak jarang anakan yang baru menetas langsung dibeli jika dari kandang tersebut sering lahir perkutut juara. Dengan demikian, pembeli lain yang menginginkan anakan dari kandang tersebut harus memesan terlebih dahulu. Dalam dunia perkutut juga ada istilah inden atau booking untuk mendapatkan piyik.
Penggemar perkutut banyak yang memesan anakan perkutut pada peternak yang telah punya nama karena ada jaminan kualitas. Bahkan, untuk menjamin nama baik bird farm-nya ada peternak yang bersedia menukar kalau burung yang kita beli ternyata kualitasnya jelek. Salah satu cara yang aman dalam membeli anakan perkutut yang baru lahir dan belum berbunyi adalah membeli dari peternakan yang sudah dikenal sering melahirkan perkutut juara. Kalau kita membeli piyik dari peternakan yang sering melahirkan juara, kita bisa mengetahui silsilah (garis keturunan) induknya. Kalau induknya bagus dan sering melahirkan anakan juara, bisa dipastikan anakan selanjutnya mempunyai kualitas yang tidak jauh berbeda dengan kakak-kakaknya. Namun untuk membeli burung yang demikian selain harganya cukup tinggi, kita harus antre.
Bila mau lebih yakin lagi kita bisa membeli bakalan yang berumur antara 1-1,5 bulan. Pada umur tersebut bunyi burung masih dalam bentuk suara angin. Bagi penggemar yang paham, dari suara tersebut sudah bisa diperkirakan suara dewasanya. Jika yang keluar bunyi pess-pess-pes, bisa dipastikan burung tersebut nantinya bersuara engkel atau jalan tiga. Kalau pess-pess-pess-pess, diperkirakan tumpang sari atau dobel. Kalau suara piyik tersebut terdengar pess-pess-pess…pess..pess, diperkirakan burung tersebut nantinya bersuara dobel, tumpang sari, atau engkel. Oleh karena itu perlu kejelian dalam mendengarkan panjang pendeknya suara angin sehingga dapat diketahui pess mana yang menjadi suara tengah dan yang mana suara belakang. Kalau masih ragu dengan kemampuan memilih, sebaiknya ditunggu sampai burung berumur 1,5-2 bulan. Pada umur ini suara angin yang dimiliki piyik akan berganti dengan suara perkutut yang lebih jelas walaupun masih belum menunjukkan suara asli perkutut dewasa.
Bakalan dewasa banyak dijual dipeternakan , show room, atau pasar burung. Di tempat ini diperdagangkan bakalan dewasa dengan berbagai macam harga, jenis dan kualitas. Untuk membeli bakalan dewasa, sebaiknya kita bertanya pada diri sendiri terlebih dahulu, apakah perkutut tersebut kita pelihara hanya didengar kungnya saja atau untuk diturunkan di arena konkurs perkutut. Kalau cuma mau dipelihara hanya untuk petetan saja kita bisa mampir diperdagang yang jual perkutut pada tingkat harga antara Rp. 25.000,00 – Rp. 50.000,00 per ekor. Perkutut yang murah tersebut umumnya ditempatkan secara bergerombol dalam kotak besar ( ranji ). Perkutut yang berada dikelas bawah tersebut kebanyakan hasil tangkapan dari alam, produk peternakan lokal, atau silangan burung lokal dengan burung sortiran Bangkok.
Membedakan antara burung tangkapan dari alam ( hasil jaringan ) dan hasil penangkaran cukup mudah. Hasil tangkapandari alam biasanya kakinya tidak bercincin, sedangkan hasil penangkaran umunya bercincin. Karena harganya murah, biasanya penjual tidak mau menjamin perkutut tersebut bersuara bagus. Perlu diketahui, sebelum dimasukkan ranji, pedagang telah menyeleksi burung-burung tersebut. Burung yang bersuaranya agak bagus biasanya langsung disangkarkan tersendiri, dan dijual dengan harga lebih tinggi. tidak jarang burung hasil seleksi tersebut kemudian dipasangi cincin untuk meyakinkan pada calon pembeli bahwa burung tersebut hasil penangkaran. Untuk itu, sebelum membeli burung perkutut sebaiknya kita mengetahui beda antara burung lokal dengan hasil silangan perkutut Bangkok. Bila suara kungnya mantap dan terasa ada tekanan yang tinggi, burung tersebut merupakan hasil silangan dengan perkutut Bangkok atau burung Import. kalau Kungnya datar atau ampang, jelas burung tersebut burung lokal.
Ciri burung lokal lain bila diperhatikan lebih teliti akan semakin tampak. Misalnya bulu mata agak kasar dan pada bola matanya terlihat seperti ada ring berwarna putih yang bisa membesar dan mengecil. Mata perkutut lokal agak besar sedangkan perkutut Bangkok tampak lebih sipit. perkutut lokal biasanya berbadan kurus sedangkan perkutut bangkok atau hasil silangan biasanya lebih gemuk. Khusus perkutut lokal asal Nusa Tenggara justru paling mudah dikenali. pelupuk matanya memiliki ring berwarna kuning, bulu tubuh tampak hijau agak gelap dan kakinya terlihat lebih hitam.
Hampir semua peternak Lokal maupun Import memberikan cincin pada kaki perkutut hasil tangkarannya. Hal itu untuk memberikan tanda asal peternakan mana, kelahiran keberapa, dan keturunan siapa burung tersebut. Dengan demikian, kalau sewaktu-waktu mau merunut induknya, bisa mengetahuinya dari cincin tersebut. Bagi peternak lokal, pemberian cincin tidak lepas dari himbauan P3SI ( Persatuan Penggemar Perkutut Seluruh Indonesia ) agar ternak lokal memberikan cincin pada perkutut hasil tangkarannya agar bisa diketahui bahwa perkutut tersebut hasil tangkaran, bukan hasil tangkapan dari alam. Untuk peternakan besar, biasanya silsilah sangat diperhatikan. Setiap anakan yang dijual biasanya disertai dengan Sertifikat.
Cincin tidak menjamin kalau burung tersebut hasil tangkaran peternak. Sekarang ini banyak pedagang atau bahkan peternak yang mencoba memalsu cincin burung hasil tangkarannya dengan cincin yang berkode peternakan terkenal yang sering melahirkan burung juara. Mengetahui begitu berartinya sebuah cincin yang melingkar dikaki perkutut, sampai-sampai muncul istilah cincin palsu atau jual beli cincin. Munculnya kasus pemalsuan cincin tersebut tidak lepas dari keinginan peternak atau pedagang yang ingin meniru kesuksesan peternak lain. Misalakan saja perkutut milik si A di arena konkurs selalu menyabet juara akan lumrah bila para penggemar perkutut akan berbondong-bondong ke peternakan A utnuk memesan saudara atau turunan perkutut yang juara tadi. Karena banyaknya pesanan, biasanya harga saudara atau turunan perkutut juara tadi akan melambung tinggi.
Tingginya harga perkutut tersebut tidak jarang digunakan aji mumpung oleh peternak itu. Misalnya ia membeli burung milik peternak lain yang kualitasnya lebih rendah dan harganya lebih miring, kemudian peternak tersebut memasang ring atas nama peternakannya agar burung tersebut tampak sebagai hasil tangkaran peternakannya. burung ini kemudian dijual dengan harga yang tinggi setaraf dengan keturunan perkutut juara tadi. penggemar perkutut sendiri sulit membedakan apakh burung tersebut asli anakan dari indukan yang melahirkan anakan juara atau anakan perkutut lain karena cincin yang terpasang tersebut asli dari peternakan bersangkutan. Oleh karena itu membeli anakan perkutut juara, dipeternakan besar perlu hati-hati dan perlu meminta jaminan keaslian dari peternaknya.
Untuk mengetahui apakah cincin yang melingkar dikaki perkutut asli atau tidak, tidak terlalu sulit. Kalau asli, cincin tersebut sulit dilepas karena agak ngepress dengan kaki. kalau burung sudah berusia 1 bulan, cincin asli susah dilepas. kalau dipaksa dilepas atau dipasang akan membuat burung yang bersangkutan cedera. Oleh karena itu, pemasangan cincin atau ring asli biasanya dilakukan sebelum piyik perkutut berumur 15 hari. Lebih dari itu sudah susah karena jari kaki piyik akan tumbuh membesar secara cepat. Mengingat cincin tersebut mudah dipesan, belakangan muncul cincin yang berukuran sedikit agak besar. Cincin semacam inilah biasanya digunakan untuk memalsu burung-burung kelas bawah agar tampak bagaikan burung kelas atas.
Ukuran cincin yang bisa dibongkar pasang pada kaki perkutut biasanya berdiameter agak besar, dikenal dengan ukuran 44. Cincin tersebut bisa dikeluar masukkan pada pergelangan kaki perkutut walaupun burung sudah dewasa. cincin asli diameternya lebih kecil, dikenal dengan ukuran 41.
4. PERKUTUT CUTRING
Dalam komunitas penggemar perkutut ada istilah Cut ring, artinya perkutut yang memang sengaja tidak dipasangi cincin atau dilepas cincinnya. Perkutut Cut ring tersebut bisa hasil silangan lokal maupun produk silangan import. mengapa harus di Cut Ring ? Ada beberapa alasan dari peternak terkenal mengapa harus menjual burungnya harus dengan melepas cincin. Hal itu untuk menjaga kredibilitas dari peternak. Perlu diketahui bahwa peternak besar tiap bulan bisa menetaskan ratusan piyik. Piyik-piyik tersebut tidak semuanya baik, pasti ada yang jelek ( tersortir ). Sebelum melepas piyik atau bakalan ke pembeli biasanya peternak melakukan sortir. Dari ratusan ekor biasanya hanya 10 % yang tergolong bakal istimewa. Sortiran itu harus dilempar ke pasaran. Di situlah campur aduk, ada bakaln yang termasuk kategori bagus, sedang, dan jeblok. agar tidak diketahui nama peternakannya, biasanya peternak yang sudah terkenal sebelum menjual burung sortiran terlebih dahulu melepas cincin dari kaki perkutut. Lagi pula peternak merasa sayang kalau sortirannya dibuang percuma. Lebih baik dijual di pasaran, namun jelas tidak mungkin melempar sortiran lengkap dengan cincin karena bisa menjadi bumerang bagi peternakan tersebut.
Praktek pelepasan perkutut sortiran dipasaran ini bukan cuma dilakukan oleh peternak lokal saja, melainkan juga peternak-peternak top di Bangkok. Kemana perkutut-perkutut sortiran dilempar ? ternyata peternakan terkenal di Bangkok banyak melempar sortirannya ke Indonesia. Hal itu dikarenakan pasar perkutut paling besar adalah Indonesia. Walaupun perkutut Cut Ring merupakan burung sortiran, bukan berarti bahwa semua burung yang di sortir jelek sebab kemungkinan untuk ” meledak ” di konkurs masih ada, apalagi kalau sortiran tersebut dari peternakan terkenal. Seperti diketahui, penyortiran perkutut tersebut dilakukan oleh peternak setelah burung tersebut melewati masa ngurak ( brodol dulu ) yang pertama atau usia burung antara 4 – 5 bulan. Mengapa demikian ? Sebelum ngurak burung sulit diramalkan suaranya. Bisa saja pada saat piyik suaranya menandakan baik, tetapi setelah ngurak malah jeblok. Begitu juga sebaliknya. Tidak sedikit bakalan pada saat piyik suaranya kurang baik ternyata setelah melewati masa ngurak justru lebih baik. Oleh karena itu, selepas masa ngurak baru bisa diketahui apakah suara perkutut baik atau tidak.
Burung yang tidak baik inilah yang kemudian di Cut Ring. namun, bukan berarti yang Cut ring pasti jelek. Tidak jarang para penggemar yang paham pada perkutut justru lebih suka membeli perkutut Cut Ring dari peternakan terkenal. Dengan bekal pengetahuan dan keahlian merawat, penggemar tersebut bisa memilih bakalan yang nantinya bisa meledak di arena konkurs setelah dirawatnya.
Cut Ring sendiri bukan identik dengan burung berkualitas rendah karena banyak pula penggemar perkutut yang mempunyai burung juara justru dilepas ringnya untuk merahasiakan indukkannya maupun asal usul peternakannya. hal ini dilakukan dengan pertimbangan agar pemilik indukannya tidak tahu kalau hasil tangkarannya menjadi juara. Dengan demikian, pemilik burung juara tadi bisa tetap membeli saudara sedarah dari perkutut juara tersebut secara terus menerus dengan harga yang relatip murah. Maksud lain melepas ring pada burung juara adalah agar penggemar lain tidak berbondong-bondong menyerbu peternakan asal perkutut juara tadi untuk memesan saudara yang sedarah dari perkutut juara jadi, kalau sampai banyak penggemar yang mengetahui asal usul dari burung juara tadi, umumnya para penggemar perkutut dari berbagai daerah menyerbu ke peternakan asal burung juara sehingga terjadilah booking maupun inden yang berkepanjangan.
Bagi penangkar, jika hasil tangkarannya menjadi juara dan banyak pemesan yang datang bisa dipastikan akan menaikkan harga burungnya menjadi puluhan kali lipat dari harga sebelumnya. Dengan dasar itulah bisa disimpulkan bahwa belum tentu perkutut yang di Cut Ring adalah perkutut kelas rendah. Apalagi kalau perkutut tersebut di jual di peternakan atau show room bergengsi dengan harga ratusan ribu sampai jutaan rupiah, bisa dipastikan perkutut tersebut berkualitas baik.
5. KATURANGGAN PERKUTUT
Selama ini dalam dunia perkutut ada istilah katuranggan yang merupakan penggabungan dari dua istilah Jawa katur dan angga. Katur dalam bahasa Jawa berarti pemberitahuan dan angga berarti tubuh. Jadi, katuranggan berarti pemberitahuan atau pengetahuan tentang bentuk tubuh. Dalam membeli perkutut para penggemar perkutut tidak bisa lepas dari katuranggan. Terlebih lagi kalau perkutut yang bakal dibeli tersebut harganya sampai jutaan rupiah, pasti calon pembeli sangat memperhatikan katuranggan. Dari katuranggan bisa diramalkan suara dan titik klimaks suara perkutut. Oleh karena itu, biasanya calon pembeli minta izin pada penjual agar diperbolehkan memegang burung yang akan dibeli. Izin memegang ini maksudnya untuk mengetahui apakah katuranggan burung tersebut sempurna atau tidak.
Selama ini patokan yang dijadikan katuranggan ada beberapa hal, misalnya bentuk kepala, paruh, badan, dan ekor. Patokan tersebut adalah sebagai berikut :
* Perkutut yang bentuk kepalanya bulat lonjong seperti buah jambe diperkirakan mampu mengeluarkan suara yang bagus dan maksimal. Burung yang mempunyai bentuk kepala demikian diperkirakan kemerduan suaranya dapat bertahan sampai tua. Oleh karena itu, kepala demikian termasuk kategori terbaik.
* Perkutut yang bentuk kepalanya mbeton nongko (seperti biji nangka) diperkirakan mempunyai kemerduan suara yang cukup bagus dan bisa bertahan sampai tua. Namun, kemerduan suara tersebut jarang yang mencapai maksimal.
* Perkutut yang bentuk kepalanya bulat seperti mata uang diperkirakan mempunyai kemerduan suara yang cukup bagus dan akan terus meningkat sampai burung tersebut berumur 24 tahun. Selebihnya suaranya akan menurun.
* Perkutut yang bentuk paruhnya ngepel (seperti buah burahol), bentuk badan ngontong (seperti kuncup bunga pisang), dan dipadu dengan ekor yang meruncing, bisa diperkirakan mempunyai suara tengah yang cukup jelas dan bersih. Burung dengan ciri-ciri seperti ini termasuk burung yang paling baik.
* Perkutut yang bentuk paruhnya nggabah (seperti butiran padi), bentuk badan seperti buah nangka , dan ekornya agak panjang dengan bagian belakang agak tumpul diperkirakan bersuara tengah baik. Burung dengan ciri ini termasuk kategori baik.
* Burung yang bentuk paruhnya mapah gedhang (seperti pelepah pisang), bentuk badan mbluluk (seperti buah kelapa muda), dan ekornya pendek meruncing, diperkirakan suara tengahnya cukup baik. Burung dengan ciri seperti ini termasuk kategori cukup baik.
* Perkutut yang bentuk kepalanya mbeton nongko (seperti biji nangka) diperkirakan mempunyai kemerduan suara yang cukup bagus dan bisa bertahan sampai tua. Namun, kemerduan suara tersebut jarang yang mencapai maksimal.
* Perkutut yang bentuk kepalanya bulat seperti mata uang diperkirakan mempunyai kemerduan suara yang cukup bagus dan akan terus meningkat sampai burung tersebut berumur 24 tahun. Selebihnya suaranya akan menurun.
* Perkutut yang bentuk paruhnya ngepel (seperti buah burahol), bentuk badan ngontong (seperti kuncup bunga pisang), dan dipadu dengan ekor yang meruncing, bisa diperkirakan mempunyai suara tengah yang cukup jelas dan bersih. Burung dengan ciri-ciri seperti ini termasuk burung yang paling baik.
* Perkutut yang bentuk paruhnya nggabah (seperti butiran padi), bentuk badan seperti buah nangka , dan ekornya agak panjang dengan bagian belakang agak tumpul diperkirakan bersuara tengah baik. Burung dengan ciri ini termasuk kategori baik.
* Burung yang bentuk paruhnya mapah gedhang (seperti pelepah pisang), bentuk badan mbluluk (seperti buah kelapa muda), dan ekornya pendek meruncing, diperkirakan suara tengahnya cukup baik. Burung dengan ciri seperti ini termasuk kategori cukup baik.
Walaupun sudah ada petunjuk atau ramalan dari katuranggan, tetapi akan lebih baik lagi kalau kita tetap memperhitungkan kesempurnaan dari bentuk fisik lainnya, misalnya badan sehat dan tidak ada yang cacat di antara bagian tubuhnya. Bentuk dada dipilih yang bidang. Dada yang bidang menunjukkan kalau tubuh burung tersebut baik dan mempunyai kantung suara yang baik juga sehingga suara yang dikeluarkannya kebanyakan juga baik
Persyaratan anggota badan lain yang menjadikan burung tergolong kategori baik adalah leher yang panjang dengan bagian tenggorokan agak besar, mata cerah pandangan tajam, serta kaki ramping dengan sisik teratur dan mengkilat.
6. KONKURS PERKUTUT
Konkurs merupakan wujud pengukuran keindahan suara perkutut hasil peternakan, pemeliharaan, dan perawatan. Konkurs diselenggarakan oleh P3SI. Pelaksanaannya ada beberapa tingkat yang disesuaikan dengan lingkupnya. Penyelengaraan konkurs perkutut diatur oleh P3SI ( Persatuan Pelestari Perkutut Seluruh Indonesia ). Organisasi ini bersifat Non politik dan non komersial. Organisasi ini dibentuk dengan tujuan antara lain menghimpun para pelestari perkutut dalam satu wadah organisasi yang teratur, menyebarluaskan kecintaan seni suara perkutut, mengembangkan ilmu pengetahuan perkutut (termasuk peternakan, pelestarian, dan penjurian ), menanamkan rasa setia kawan san semangat gotong royong di antara penggemar perkutut, serta menyelenggarakan konkurs perkutut secara berkala dan teratur.
Kedudukan pengurus pusat P3SI di ibukota ( Jakarta ). Pengurus pusat membentuk koordinator wilayah ( Korwil ) pada setiap propinsi, kordinator daerah ( Korda ) pada setiap kotamadya dan kabupaten, serta Sub-korda di setiap kecamatan.
Pelaksanaan konkurs perkutut meliputi tata cara penyelenggaraan, tata cara penjurian, dan sistem penilaian suara perkutut. Keseluruhannya dihimpun dalam satu ketetapan, yaitu Tata cara konkurs dan penjurian P3SI. Jenjang konkurs menurut pedoman P3SI dibedakan 4 tingkat, yaitu lokal, regional, besar dan nasional.
Konkurs lokal dilaksanakan oleh Sub-korda. Penyelenggaraanya dianjurkan sebanyak mungkin. Konkurs ini bersifat penggalakan karena diutamakan untuk memberi peluang kepada perkutut baru yang belum terlatih. Diharapkan setelah mengikuti konkurs lokal, nantinya dapat ikut serta dalam konkurs regional, besar, dan nasional. Bagi anggota atau penggemar perkutut baru dan penggemar berekonomi lemah, ajang ini merupakan kesempatan yang bagus untuk latihan bagi perkututnya. Dalam konkurs ini, jumlah kerekan yang dipasang bebas, tidak dibatasi, sesuai dengan kebutuhan yang ada.
Konkurs regional adalah konkurs yang diselenggarakan untuk memperebutkan kejuaraan daerah, seperti piala Bupati, piala Walikota, maupun piala HUT Kota setempat. Konkurs ini diselenggarakan oleh Korda. Dalam pelaksanaan konkurs regional, arena lomba berupa lapangan terbuka, berbentuk blok persegi empat, (5 X 5 atau 5 X 6 m). Tinggi kerekan 7-7,5m. Jarak antar kerekan 4-5 m. Penilaian dipertanggung-jawabkan oleh 3 atau 4 juri penilai yang terdiri dari 2 koordinator juri, 2 atau 1 orang dewan juri. Juri tersebut dibantu oleh penancap bendera yang jumlahnya 4 orang atau sesuai kebutuhan. Perkutut yang dilombakan disebut berbunyi dan mulai diberi nilai bila telah berbunyi berturut-turut sedikitnya 5 kali.
Konkurs Besar adalah konkurs yang diselenggarakan untuk memperebutkan kejuaraan wilayah yang dikaitkan dengan peringatan hari-hari besar nasional, seperti HUT RI, Hari Pahlawan, Hari Kesaktian Pancasila. Konkurs ini dibedakan dua jenis, yaitu konkurs besar terjadwal dan konkurs besar atas permintaan Korwil P3SI. Dalam Penyelenggaraannya, lapangan dibagi dalam blok persegi empat berukuran 5 m X 5 m atau 6 m X 6 m. Tinggi kerekan 7 – 7,5 m dengan jarak antar kerekan 4 – 5 m. Jumlah kerekan disesuaikan dengan kebutuhan. Penilaian dipertanggung-jawabkan oleh 4 orang juri penilai, 2 koordinator juri, 1-2 orang dewan juri, dan 4 orang pembantu penancap bendera. Syarat burung mulai diberi nilai adalah setelah burung berbunyi berturut-turut sedikitnya 8 kali.
Konkurs Nasional dilaksanakan untuk memperebutkan kejuaraan tingkat nasional, seperti perebutan piala kejuaraan nasional P3SI (Kejurnas), piala hari ulang tahun P3SI dan piala Hari Lingkungan Hidup. Masing-masing konkurs tersebut dilakukan setahun sekali. Sebagai pelaksanaannya yaitu Korda-Korda yang jadwalnya digilir. Subkorda tidak dibenarkan sebagai pelaksana. Konkurs Nasional maksimal terdiri 144 kerekan. Bentuk tiap-tiap blok berupa persegi empat (5 X 5 atau 6 X 6 m). Tinggi kerekan 7 – 7,5 m. Jarak antar kerekan 4-5 m. Penilaian dipertanggung jawabkan oleh 4 orang juri penilai, 2 orang koordinator juri, 2 orang dewan juri, dan 2 orang pembantu penancap bendera. Syarat burung berbunyi dan mulai diberi nilai setelah berturut-turut berbunyi sedikitnya 8 kali. Burung perkutut yang telah mendapatkan juara nasional maupun juara besar tidak dibenarkan untuk diikutsertakan dalam kejuaraan konkurs lokal. Dengan adanya perbedaan ketentuan-ketentuan pada tiap-tiap konkurs, rasa bangga pemilik burungpun akan berbeda-beda bila burungnya mendapat juara.
Berdasarkan usia dan prestasi perkutut yang disertakan, konkurs perkutut dibedakan atas 3 kelas, yaitu konkurs piyik, yunior, dan senior. Konkurs piyik pada umumnya digelar pada hari Sabtu sore, menjelang lomba konkurs senior atau yunior yang berlangsung pada esok pagi harinya. Dengan demikian, konkurs piyik telah berkembang menjadi konkurs sore. Kelemahan konkurs sore untuk piyik adalah banyak piyik yang terkena stress karena kondisi fisik yang belum sekuat perkutut dewasa. selama ini, belum ada aturan baku untuk konkurs piyik. Bunyi piyik tak mungkin gacor seperti perkutut dewasa yang mampu berbunyi sampai 5-6 kali berturut-turut. Paling banter kemampuan piyik hanya berbunyi 2-3 kali saja.
7. MAKNA BENDERA KONCER
Suara perkutut baru dinilai setelah memperoleh bendera tanda bunyi. Untuk membedakan burung yang bunyi di babak pertama, kedua, ketiga, dan keempat, warna bendera yang diberikan berbeda-beda. Untuk babak pertama, biasanya bendera segitiga yang diberikan berwarna putih, sedangkan untuk babak kedua merah, babak ketiga hijau, dan babak keempat kuning.
Setelah mendapat bendera tanda bunyi, juri terus memantau perkembangan suara perkutut. Kalau layak ditingkatkan, juri akan memberitahukan pada penancap bendera untuk memberikan bendera koncer satu warna yang berukuran lebih besar dibandingkan bendera tanda bunyi. Bendera koncer satu warna (hijau) ini sebagai pertanda bahwa burung tersebut sudah mendapat nilai 42.
Burung yang gacor (bunyi terus) dan bunyinya makin lama semakin bagus, nilainya dapat ditambah, tetapi harus menunggu burung itu berbunyi sampai empat kali berturut-turut. Apabila telah layak nilainya dinaikkan, bendera koncer satu warna dicabut, diganti bendera koncer dua warna (hijau di bagian bawah dan kuning di atasnya). Bendera ini berarti nilainya naik menjadi 42,5. Untuk menambah bendera dua warna menjadi tiga warna (merah, kuning, hijau) yang berarti jumlah nilainya 43, tidak bisa diputuskan oleh seorang juri penilai saja. Prosedur penilaiannya sebagai berikut :
* Burung telah berbunyi sekurang-kurangnya delapan kali berturut-turut dan semua unsur suara yang masuk dalam kategori penilaian harus terpenuhi. Bunyinya tanpa salah dan pembagiannya pas, hal ini menyangkut aspek suara depan, tengah, dan ujung.
* Juri penilai mengusulkan kepada koordinator juri agar ikut mendengarkan suaranya.
* Koordinator membubuhkan paraf persetujuan dalam lembar penilaian.
* Juri penilai mengusulkan kepada koordinator juri agar ikut mendengarkan suaranya.
* Koordinator membubuhkan paraf persetujuan dalam lembar penilaian.
Apabila burung bersangkutan layak dinaikkan nilainya, koordinator juri segera memerintahkan petugas untuk mencabut bendera koncer dua warna dan menggantinya dengan bendera koncer tiga warna (hijau, kuning, biru). Dengan demikian nilainya menjadi 43.
Bendera koncer bisa ditambahkan menjadi empat warna, asalkan kualitas burung masih layak untuk diberi nilai lebih tinggi. Bendera koncer empat warna (putih, merah, kuning, dan hijau) dilengkapi dengan gombyok kecil pada bagian atasnya. Bendera ini menandakan total nilai yang diraih 43,5. Pemberian bendera empat warna berikut gombyok kecil melalui prosedur sebagai berikut :
* Burung telah delapan kali manggung berturut-turut tanpa salah dan memenuhi syarat keindahan.
* Diusulkan oleh juri atau koordinator kepada koordinator lain atau ketua (dewan) juri.
* Penilaiannya disetujui oleh dua orang koordinator atau seorang koordinator dan ketua juri.
* Diusulkan oleh juri atau koordinator kepada koordinator lain atau ketua (dewan) juri.
* Penilaiannya disetujui oleh dua orang koordinator atau seorang koordinator dan ketua juri.
Bendera lima warna merupakan bendera empat warna (putih, merah, kuning, dan hijau) dengan gombyok besar. Burung yang mendapat bendera ini berarti memperoleh nilai 44. Burung dengan kualitas yang pas-pasan sulit memperoleh bendera lima warna. Untuk mendapatkan bendera ini, burung harus memenuhi syarat yaitu ; gacor 10 kali berturut-turut tanpa salah dan disetujui oleh seorang juri dan dua orang koordinator.
Bendera koncer lima warna dengan gombyok besar dua warna di bagian atas hanya bisa diraih oleh burung yang sudah lolos dengan meraih bendera lima warna dengan gombyok besar satu warna. Bendera koncer lima waran dengan gombyok besar dua warna diberikan bila jumlah nilai yang diperoleh 44,5. Bendera ini hanya akan diraih oleh beberapa ekor burung saja, terutama di babak ketiga atau di babak keempat saja. Bendera lima warna plus ini bisa diraih bila; burung berbunyi sepuluh kali berturut-turut tanpa salah dan diusulkan oleh koordinator juri serta ketua dewan juri menyertakan tanda tangannya sebagai pengesahan.
Bendera yang paling istimewa adalah bendera koncer lima warna dengan gombyok besar dua warna dan satu bola ping pong di atasnya. Burung yang mendapat bendera ini benar-benar istimewa karena mempunyai nilai bulat 45. Pemberian total nilai 45 ini sangat jarang terjadi sebab bendera istimewa ini hanya diberikan untuk burung yang sudah lolos meraih nilai 44,5. Nilai tertinggi ini masih layak naik setengah poin lagi sehingga menjadi 45. Masing-masing unsur penilaian, yaitu suara depan, tengah, ujung, kualitas suara, dan iramanya, memperoleh nilai 9 (nilai maksimal). Apabila dalam perhitungan terakhir terjadi nilai draw (sama), misalnya sama-sama bernilai 44, tugas para perumus yang berhak menentukan juaranya. Berdasarkan peraturan P3SI, pemenangnya adalah burung yang memiliki backing nilai tambah dibandingkan lawannya. Misalnya, burung A pernah menyabet nilai 44,5 di babak kedua, sedangkan di babak lainnya kurang dari angka tersebut. Adapun burung B tidak pernah menyabet nilai setinggi itu selama 4 babak lomba. Walaupun total nilai empat babak dibagi rata jumlahnya sama (44), burung A ditetapkan sebagai juaranya.
8. TANDA-TANDA PENGHARGAAN
Pemenang dalam konkurs berhak mendapat tanda penghargaan yang berupa piala/trophy, medali, dan piagam penghargaan. Tanda-tanda penghargaan bagi tiap jenjang konkurs dibedakan sebagai berikut :
* Untuk Konkurs Nasional, sebuah piala/trophy bergilir dan 30 buah piala/trophy tetap. Sekurang-kurangnya 5 buah medali emas 22 karat, masing-masing seberat 5 gram, 3 gram, dan 2 gram. Piagam pemenang dari pengurus pusat P3SI.
* Untuk Konkurs Besar, sebuah piala bergilir dan 30 piala/trophy tetap. Sekurang-kurangnya 3 buah medali emas 22 karat, masing-masing seberat 5 gram, 3 gram, dan 2 gram. Piagam pemenang dari pengurus Korwil P3SI setempat.
* Untuk Konkurs Regional, 30 puluh buah piala/trophy tetap. Piagam pemenang dari pengurus Korda P3SI setempat.
* Untuk Konkurs Lokal, Piala/Trophy atau hadiah lainnya yang dapat diatur menurut kemampuan dan kondisi Korda/Sub-Korda P3SI setempat. Piagam penghargaan dan pengurus Korda P3SI setempat.
* Untuk Konkurs Besar, sebuah piala bergilir dan 30 piala/trophy tetap. Sekurang-kurangnya 3 buah medali emas 22 karat, masing-masing seberat 5 gram, 3 gram, dan 2 gram. Piagam pemenang dari pengurus Korwil P3SI setempat.
* Untuk Konkurs Regional, 30 puluh buah piala/trophy tetap. Piagam pemenang dari pengurus Korda P3SI setempat.
* Untuk Konkurs Lokal, Piala/Trophy atau hadiah lainnya yang dapat diatur menurut kemampuan dan kondisi Korda/Sub-Korda P3SI setempat. Piagam penghargaan dan pengurus Korda P3SI setempat.
9. MENANGKAR PERKUTUT DI SANGKAR:
i. Keuntungan
Lazimnya perkutut diternakkan di dalam kandang. Kandang untuk beternak perkutut umumnya berdinding kawat dan berkerangka kayu atau besi. Sekecil apa pun kandang—lebar 60 cm, panjang 90 cm, dan tinggi 180 cm dianggap ukuran kecil — selalu didirikan di atas tanah dan berlantai tanah.
Rupanya untuk beternak perkutut tidak melulu harus dengan kandang seperti itu. Setidaknya telah ada yang berhasil beternak perkutut tanpa menggunakan kandang seperti itu. Kandang yang digunakan beternak lebih tepat disebut sangkar karena memang berupa kurungan atau sangkar gantung dengan jeruji dari bambu. Meskipun demikian, penempatan sangkar ini tidak digantung bebas sehingga bisa berayun-ayun. Sangkar gantung ini dipasang menempel pada dinding. Dengan demikian, tempat beternak perkutut ini tidak beralaskan tanah. Ukuran sangkar gantung yarig digunakan relatif sangat kecil, yaitu panjang dan lebar sekitar m dengan tinggi 60 cm.
Anggapan sementara orang bahwa perkutut hanya bisa berkembang biak di dalam kandang berlantai tanah ternyata tidak benar. Di dalam sangkar kecil yang bisa dengan mudah dipindahkan pun, perkutut bisa berkembang biak. Rupanya burung yang tidak bisa jinak—selalu ketakutan jika didekati dan tidak mau kembali ke kandang jika lepas—ini justru sangat mudah dikembangbiakkan.
Keberhasilan menangkarkan perkutut di dalam sangkar tentunya sangat menggemhirakan bagi mereka yang ingin belajar beternak perkutut. Digantikannya peran kandang permanen oleh sangkar yang mudah dipindah tempat membuat usaha beternak perkutut tidak lagi melulu hanya bisa dilakukan oleh mereka yang memiliki lahan luas. Selama suatu tempat masih bisa dijangkau oleh sinar matahari maka di situ bisa digunakan sebagai tempat meletakkan sangkar penangkaran.
Selain menghemat tempat, menangkarkan perkutut di dalam sangkar juga memiliki manfaat lain, misalnya perkutut jarang terserang cacing. Serangan cacing umumnya terjadi pada perkutut yang diternakkan di dalam kandang dengan alas tanah dan kurang terjaga kebersihannya. Dalam kandang beralaskan tanah, perkutut sering memakan pakan yang telah jatuh. Hal ini memudahkan cacing masuk ke tubuh perkutut.
Anak perkutut hasil penangkaran dari sangkar relatif lebih jinak dibanding perkutut hasil penangkaran dari kandang. Anak-anak burung menjadi terbiasa dengan tempat yang sempit dan juga terbiasa berdekatan dengan berbagai aktivitas manusia. Dengan demikian, perkutut menjadi tidak begitu liar. Perkutut yang berperilaku liar selalu terbang ketakutan jika didekati oleh manusia atau melihat sesuatu yang asing baginya. Jika terus-terusan ketakutan umumnya sayapnya terluka. Meskipun tidak menyebabkan kematian, luka pada sayap sulit sembuh. Ini jarang terjadi pada anak perkutut hasil ternak dalam sangkar kecil.
Apabila disimpulkan, keuntungan menangkarkan perkutut di dalam sangkar dibandingkan di dalam kandang, dapat dilihat sebagai berikut:
Menangkar di sangkar gantung
•f Hanya memerlukan tempat yang kecil atau dapat dilakukan di tempat yang kecil, asal terkena sinar matahari
• Perkutut jarang terkena cacingan
• Anak yang dihasilkan lebih jinak
Menangkar di kandang penangkaran
• Memerlukan tempat yang luas
• Perkutut dapat terserang cacingan
• Anak perkutut yang dihasilkan masih liar.
ii. Memilih Indukan
Keturunan yang baik pasti berasal dari induk yang baik pula. Sebaliknya, induk yang baik belum tentu menghasilkan keturunan yang baik. Dalil seperti ini agaknya sangat dipatuhi oleh peternak. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika pemilihan induk harus dilakukan secermat mungkin. Berkaitan ‘dengan pemilihan induk ini ada baiknya jika uraian berikut dipahami oleh peternak.
A. Memilih Jantan dan Betina
Kemampuan membedakan jenis kelamin perkutut mutlak diperlukan oleh peternak. Bagi peternak yang sudah berpengalaman, tidak perlu waktu lama untuk menentukan jenis kelamin perkutut. Bahkan, dengan sekilas melihat fisik perkutut, dapat segera ditentukan jantan atau betina perkutut tersebut. Meskipun demikian, ini hanya bisa dilakukan untuk perkutut yang telah menampakkan kedewasaan fisik, kira-kira telah berumur 9 bulan. Pada umur ini, perkutut siap ditangkarkan. Berikut adalah ciri-ciri perkutut jantan dan betina yang telah dewasa.
1. Ciri-ciri perkutut jantan
Tanpa pengamatan yang seksama, agak sulit bagi pemula untuk membedakan perkutut jantan di antara sekawanan perkutut. Namun, jika dengan teliti diperhatikan, seekor perkutut jantan mudah dibedakan dari perkutut betina. Perkutut jantan mempunyai raut muka yang berkesan garang. Kulit yang mengelilingi mata terlihat tebal dan bulat sehingga sorot matanya menjadi terlihat tajam. Tanda lainnya ialah pupur (bulu putih keabu-abuan di kepala) lebih dari separuh kepala, kepala tipis, dan ekor panjang. Oleh karena itu, warna bulu kepala perkutut jantan terlibat lebih terang dibanding kepala perkutut betina. Selain itu, perkutut jantan juga memiliki paruh yang panjang, tebal, dan melengkung (ciri ini agak sulit dipahami). Tubuhnya secara keseluruhan terlihat lebib besar daripada perkutut betina.
Perkutut jantan juga bisa ditandai dari perilaku seksualnya. Setelah dewasa kelamin, perkutut jantan akan menampakkan perilaku seksual yang khas jika berdekatan dengan betina, yaitu berbunyi sambil menganggukkan kepala di dekat seekor betina.
2. Ciri-ciri perkutut betina
Perkutut betina memiliki raut wajah sayu. Kulit yang mengelilingi mata terlihat tipis sehingga sorot matanya terkesan sayu. Tubuhnya lebih kedl dari yang jantan. Selain itu, pupur tidak lebih dari separuh bagian kepala (sehingga warna bulu kepalanya terkesan gelap), kepala kecil dan bundar, paruh lurus, serta ekor pendek. Jika dilihat secara keseluruhan, ukuran tubuhnya tampak lebih kecil daripada perkutut jantan.
B. Memilih Induk yang Bersuara Bagus
Bagi awam yang belum pernah memelihara perkutut, suara semua perkutut pasti dianggap sama. Sepintas lalu memang demikian. Namun, jika didengar dengan seksama, setiap perkutut ternyata memiliki suara khas yang berbeda dengan perkutut lainnya.
Bagi yang sudah terbiasa memperhatikan suara perkutut, kekhasan suara setiap perkutut dapat dengan mudah diketahui. Bahkan, mereka yang biasa memelihara perkutut, pasci bisa menandai satu suara perkutut di antara puluhan perkutuc yang dipeliharanya tanpa harus melihat perkutut tersebut. Ini menandakan suara perkutut memang beragam.
Ragam suara perkutut dapat didengar pada suara depan, suara tengah, dan suara belakang. Ragam suara juga dapat diketahui melalui kejelasan jeda antara suara depan, tengah, dan belakang; tempo dari bunyi ke bunyi; bening tidaknya suara; serta kestabilan suara.
Mereka yang telinganya sudah terlatih mendengarkan suara perkutut akan mengatakan, “Tidak ada perkutut yang bersuara sama. Yang ada hanya kemiripan suara.”
Suara perkutut yang didengar oleh telinga manusia jika disederhanakan menjadi tulisan, kira-kira terbaca “Hur…ketek…kuk”. Ada juga yang berbunyi “Wao…ketek…kung” atau “Klao/kleo… ketek…kung”.
Suara hur, wao, atau klao/kleo disebut suara depan. Suara depan ini sangat bervariasi: ada yang terdengar panjang, sedang, dan pendek.
Suara ketek disebut suara tengah. Suara ini juga bervariasi: ada yang satu kali, satu setengah kali, dua kali, dan sebagainya. Perkutut yang suara tengahnya satu kali kalau berbunyi kira-kira terdengar “Hur…ketek…kuk”. Yang satu setengah kali terdengar “Hur… ketepek…kuk”. Yang dua kali terdengar “Hur…ketek-ketek…kuk”.
Suara kuk atau kung disebut suara belakang. Suara belakang ini pun juga bervariasi: ada yang pendek, ada yang panjang berdengung, dan sebagainya.
Induk yang dipilih, baik jantan atau betina, sebisa mungkin memenuhi kriteria suara yang bagus. Suara perkutut dikatakan bagus jika memenuhi kriteria berikut.
1) Memperdengarkan suara depan (klao atau kleo) yang panjang.
2) Memperdengarkan suara tengah tebal dan jelas.
3) Memperdengarkan suara belakang (kung) panjang berdengung.
4) Memiliki jeda yang jelas antara suara depan, tengah, dan belakang.
5) Antara satu suara dengan suara berikutnya bertempo tetap.
6) Suara terdengar bening (kristal), bergema, dan tidak terhambat.
7) Memperdengarkan suara yang stabil, tidak terpengaruh oleh perubahan suasana lingkungan.
Jika seekor perkutut dapat memperdengarkan suara yang memenuhi kriteria seperti itu, burung tersebut dapat dibilang bagus. Jarang sekali perkutut yang dapat memenuhi semua kriteria tersebut. Oleh karena itu, burung yang mampu memenuhi kriteria seperti itu pasti berharga sangat mahal. Demikian juga dengan keturunannya.
Meskipun tidak 100% suara induk diwariskan ke keturunannya, pembeli akan tetap mendengarkan suara induk sebelum membeli keturunannya. Paling tidak induk yang bersuara bagus juga akan mengangkat harga keturunannya.
C. Pentingnya Mengetahui Garis Keturunan
Keturunan perkutut yang bersuara bagus selalu berharga mahal. Itulah sebabnya peternak selalu mencari induk berkualitas agar keturunannya berharga mahal. Induk yang berkualitas ini umumnya memiliki keistimewaan di suara meskipun belum tentu juara dalam konkurs. Induk yang berkualitas biasanya juga memiliki hubungan darah dengan perkutut-perkutut juara.
Hubungan darah, garis keturunan, atau silsilah inilah yang perlu diketahui oleh peternak. Meskipun suaranya tak begitu bagus, seekor perkutut bisa dipilih sebagai induk jika memiliki hubungan darah dengan perkutut juara. Adanya hubungan darah ini membuat perkutut bersangkutan memiliki peluang menghasilkan keturunan bersuara bagus.
Meskipun belum bisa diungkap secara ilmiah, suara perkutut memang diwariskan ke keturunannya. Perkutut yang menang dalam konkurs selalu berasal dari induk yang kualitasnya prima. Tidak ada perkutut bersuara bagus yang berasal dari induk asal comot (ambil). Kalaupun ada, itu merupakan suatu keberuntungan. Jika dirunut, nenek moyang induk asal comot yang menghasilkan keturunan bagus pasti juga berkualitas prima. Hanya saja, tak ada yang mengetahuinya.
Induk yang berkualitas memang tidak selalu menghasilkan anak yang berkualitas. Adakalanya keturunan yang baik baru bisa diperoleh setelah induk menghasilkan beberapa keturunan. Inilah yang membuat bisnis peternakan perkutut menjadi semakin mengasyikkan. Adanya kemungkinan memperoleh keturunan yang berkualitas inilah yang membuat peternak selalu penasaran untuk mendapatkannya.
Dengan mengetahui garis keturunan atau silsilah perkutut, peternak dapat memperkirakan atau paling tidak mempunyai harapan pasangan perkututnya kelak akan menghasilkan keturunan yang berkualitas.
D. Jangan Memilih yang Cacat Fisik
Secara fisik, perkutut yang akan dijadikan induk harus normal. Jika tidak diperhatikan dengan cermat, cacat fisik kadang tidak tampak. Cacat baru tampak setelah induk berada di sangkar penangkaran.
Mata buta, kelopak mata tidak simetris, kelopak mata tidak menutup sempurna, dan jari kaki putus merupakan cacat fisik yang paling mudah diamati. Dengan melihat sepintas, cacat fisik seperti ini akan ketahuan.
Lain halnya jika cacat fisiknya adalah pincang, sayap terkulai, atau tulang dada bengkok. Cacat seperti ini memerlukan pengamatan yang lebih seksama untuk mengetahuinya. Perkutut yang pincang terlihat pada saat berjalan. Oleh karena itu, perlu diamati pada saat berjalan. Sayap yang terkulai terlihat jelas pada saat perkutut tidak melakukan aktivitas gerak. Pada saat diam, sayap yang normal terlihat rapat ke tubuh. Tulang dada yang bengkok baru kelihatan jika dada perkutut diraba dengan jari.
E. Jangan Memilih Induk Hasil Tangkapan dari Alam
Sekarang ini perkutut peliharaan yang berasal dari tangkapan di alam lebih sedikit daripada yang berasal dari hasil penangkaran. Alasannya, perkutut hasil tangkapan dari alam suaranya kurang bagus. Meskipun demikian, tetap saja ada penjual burung yang menjual perkutut tangkapan dari alam.
Meskipun harganya sangat murah, untuk tujuan penangkaran di sangkar kecil, jangan sekali-kali memilih perkutut tangkapan dari alam sebagai induk. Burung hasil tangkapan memiliki perilaku liar. Dalam sangkar kecil, burung seperti ini sulit berkembang biak.
Lebih baik jika memilih burung hasil penangkaran. Perkutut hasil penangkaran lebih terbiasa dengan manusia dan sudah terbiasa berkembang biak dalam kandang. Oleh karena itu, tidak menjadi masalah jika perkutut ini ditangkarkan di dalam sangkar kecil.
iii. Menyiapkan Penangkaran
Sangkar gantung untuk beternak perkutut harus dikondisikan supaya bisa digunakan untuk berkembang biak. Sangkar ini harus ditempatkan dengan cara yang benar dan harus dilengkapi dengan beberapa perlengkapan pendukung agar bisa berfungsi sebagai tempat berkembang biak. Uraian berikut ini akan menguraikan lebih rinci tentang sangkar dan perlengkapan pendukung yang harus ada serta cara penempatannya.
A. Bahan, Bentuk, dan Ukuran Sangkar
Sangkar dengan kerangka terbuat dari kayu dan jeruji dari bambu sesuai untuk beternak perkutut. Sangkar seperti ini relatif ringan sehingga tidak merepotkan dalam penempatan.
Di pasar burung, sangkar seperti ini dijual dalam berbagai bentuk dan ukuran. Untuk beternak perkutut, sebaiknya dipilih yang berbentuk kotak meninggi dengan ukuran minimum panjang dan lebar sekitar 45 cm dan tinggi sekitar 60 cm. Sangkar seukuran ini digunakan untuk mengembangbiakkan sepasang perkutut. Jadi, satu sangkar hanya diisi sepasang perkutut.
Usahakan tidak memilih sangkar yang berukuran lebih kecil atau lebih besar dari ukuran tersebut. Sangkar yang terlalu kecil akan merusak bulu induk perkutut. Jika sangkar terlalu besar, induk atau anak perkutut sulit ditangkap karena jangkauan tangan yang terhatas. Jarak antarjeruji sangkar jangan sampai lehih dari 1,5 cm, semakin rapat semakin haik. Jarak antarjeruji yang rapat membuat kepala perkutut tidak bisa dijulurkan keluar sangkar. Dikhawatirkan leher perkutut terjepit jeruji jika kepalanya bisa dijulurkan keluar sangkar.
Untuk memudahkan pengelolaan, sebaiknya sangkar memiliki dua pintu. Pintu pertama terletak pada sisi samping sangkar sebelah bawah, sedangkan yang kedua pada sisi samping sebelah atas. Pintu pertama digunakan untuk memasukkan atau mengeluarkan wadah pakan dan wadah minum. Pintu kedua digunakan untuk memasang sarang dan mengontrol telur atau anak perkutut yang belum bisa terbang. Umumnya, sangkar yang dijual di pasar burung hanya memiliki satu pintu, berada di sisi samping sangkar sebelah bawah. Sangkar seperti ini bisa digunakan, tetapi agak merepotkan untuk mengontrol telur atau anak perkutut yang belum bisa terbang. Untuk itu, perlu dibuatkan satu pintu lagi. Ukuran pintu tidak perlu terlalu luas, asal cukup dimasuki wadah sarang.
B. Perlengkapan Sangkar dan Penempatannya
Perlengkapan yang harus ada di dalam sangkar meliputi wadah pakan, wadah minum, tengggeran, wadah sarang berikut bahan sarang, penampung kotoran, dan atap. Semua perlengkapan ini harus ditata dengan benar supaya mudah dikelola.
1. Wadah pakan dan wadah minum
Wadah pakan dan wadah minum banyak dijual di pasar burung. Wadah ini dijual dalam berbagai ukuran dan umumnya terbuat dari plastik. Untuk perkutut, dipilih wadah yang berdiameter sekitar 6 cm dan kedalaman juga 6 cm.
Wadah pakan dan wadah minum ini diletakkan di sebelah kanan atau kiri pintu bagian bawah, menempel pada jeruji sangkar, Wadah pakan ditempaekan paling dekat dengan pintu. Kedua wadah ini
diusahakan tidak saling berimpitan, diberi jarak sekitar 5 cm. Snpaya tidak bergeser atau terbalik, wadah ini bisa dikaitkan pada jeruji sangkar dengan menggunakan lidi atau kawat. Supaya pakan atau air minum tidak kemasukan air hujan, dinding sangkar tempat wadah pakan dan wadah minum menempel ditutup dengan plastik bening yang tebal.
2. Tenggeran
Tenggeran diperlukan sebagai tempat beristirahat. Akan lebih baik jika tenggeran ini terbuat dari ranting kayu asam. Jika sulit mendapatkan ranting asam, kayu bangunan juga bisa dimanfaatkan. Ranting untuk tenggeran sebaiknya dipilih yang lurus dengan diameter sekitar 2,5 cm. Ranting ini tidak perlu dibuang kulitnya. Kulit ranting yang kasar membuat perkutut tidak mudah terpeleset, terutama saat kawin.
Satu sangkar diberi dua tenggeran. Kedua tenggeran ini diletakkan sejajar. Satu diletakkan di bawah, kira-kira setinggi sepertiga tinggi sangkar. Satunya lagi di atasnya, kira-kira setinggi dua pertiga tinggi sangkar. Tenggeran yang di sebelah atas letaknya didekatkan ke dinding belakang sangkar, kira-kira 15 cm dari dinding belakang. Peletakan tenggeran dibuat seperti ini agar perkutut tetap bisa mengepakkan sayap tanpa membentur tenggeran di atasnya.
3. Wadah dan bahan sarang
Wadah sarang untuk perkutut banyak dijual di pasar burung. Wadah ini juga bisa dibuat sendiri. Bahannya bisa dari plastik bekas kemasan sabun atau bahan lainnya asal mempunyai ruangan cekung untuk bahan sarang. Wadah sarang ini ditempatkan sejajar dengan tenggeran atas, berdekatan dengan pintu atas, pada sudut sangkar, dan tidak berada di atas wadah pakan dan wadah minum.
Wadah ini selanjutnya diisi bahan sarang. Bahan sarang berupa daun cemara atau rerumputan yang telah kering. Bahan sarang ini sebelumnya dibentuk menjadi semacam cekungan, sesuai dengan wadahnya, dengan cara ditekantekan. Selanjutnya, bahan ini dimasukkan ke dalam wadah jika pasangan perkutut di dalam sangkar telah melakukan perkawinan.
Dinding sangkar yang berdekatan dengan sarang ditutup dengan bahan yang tidak tembus air dan berwarna gelap. Penutupan sebagian dinding sangkar ini supaya sarang tidak basah oleh hujan dan tidak tekena sinar matahari.
4. Penampung kotoran
Penampung kotoran bisa terbuat dari tripleks atau lembaran seng. Perlengkapan ini dipasang di bagian bawah sangkar. Pemasangan diatur supaya bisa dengan mudah dilepas dari sangkar.
Penampung kotoran berfungsi menampung kotoran perkutut dan pakan yang berhamburan. Adanya perlengkapan ini membuat ruang di bawah sangkar tetap bersih sehingga bisa digunakan untuk keperluan lain tanpa khawatir kejatuhan kotoran perkutut.
5. Atap
Meskipun telah tertutup jeruji, sisi atas sangkar perlu ditutup lagi dengan bahan yang tidak tembus air dan cahaya. Bahan yang digunakan dipilih yang tidak menyerap dan menghantar panas terlalu tinggi. Jangan menggunakan seng karena bahan ini sangat mudah menyerap dan menghantarkan panas dari matahari. Panas berlebihan yang diserap dan dihantarkan oleh atap ke dalam sangkar sangat mengganggu kenyamanan perkutut. Panas yang berlebihan juga bisa menyebabkan telur tidak bisa menetas.
Contoh bahan yang baik untuk atap sangkar ialah tripleks dan kardus bekas. Kedua bahan ini bisa digunakan bersamaan. Mulanya bagian atas sangkar ditutup tripleks, lalu di atasnya diberi kardus bekas yang tebal. Karena kedua bahan ini bisa hancur oleh air hujan, di atasnya perlu ditutup lagi dengan plastik yang agak tebal. Dengan atap seperti ini suasana di dalam sangkar tidak terlalu panas jika matahari bersinar kuat dan tidak kemasukan air ketika hujan.
C. Penempatan Sangkar
Sangkar untuk beternak perkutut ditempatkan di dinding dengan cara dikaitkan atau diberi penyangga. Dengan penempatan seperti ini, sangkar tidak akan bergoyang jika terkena angin atau tersentuh, baik disengaja atau tidak. Sangkar yang sering bergoyang, terutama dengan goncangan yang mengejutkan, akan membuat perkutut merasa terganggu. Jika goncangan yang mengejutkan sering terjadi pada saat perkutut sedang mengerami telur, kemungkinan telur tidak menetas menjadi semakin besar.
Dinding tempat sangkar ditempelkan harus tidak beratap dan dijangkau oleh sinar matahari. Kondisi seperti ini memungkinkan sangkar selalu dihembus oleh udara segar dan dihangati oleh sinar matahari. Perkutut memang menuntut adanya udara segar dan sinar matahari yang menyinari langsung ke tubuhnya minimum dua jam sehari. Tanpa sinar matahari perkembangbiakan perkutut tidak akan normal dan sering terjadi gangguan pertumbuhan tulang serta menurunnya kualitas suara.
Mengingat sinar matahari mutlak diperlukan oleh perkutut maka akan sangat baik jika sangkar ditempel pada dinding yang meng-hadap ke timur. Dengan penempatan seperti ini, perkutut akan selalu mendapat sinar matahari pada pagi hingga tengah hari. Meskipun demikian, dinding yang menghadap ke utara, selatan, dan barat tetap bisa digunakan untuk menempel sangkar sepanjang sinar matahari masih bisa menjangkaunya.
Penempatan sangkar sebaiknya tidak terlalu tinggi, sebatas masih bisa dijangkau tangan tanpa menggunakan pijakan. Sangkar yang ditempel pada dinding yang terlalu tinggi akan merepotkan dalam pengelolaannya. Jika hanya satu, mungkin tidak terlalu menjadi ma-salah. Namun, jika jumlah sangkarnya banyak, akan sangat melelahkan dalam mengurusnya.
Jika jumlah sangkar lebih dari satu, penempatannya bisa secara bersusun. Susunan sangkar sebaiknya tidak lebih dari tiga. Sangkar paling bawah minimum berjarak 100 cm dari tanah agar pada saat hujan percikan air dari tanah tidak masuk ke dalam sangkar. Sisi kiri dan kanan sangkar sebaiknya diberi jarak, minimal selebar sangkar, agar pasangan perkutut dalam satu sangkar tidak diganggu atau mengganggu pasangan lain dalam sangkar di sebelahnya.
iv. Menjodohkan Perkutut
Apabila sepasang perkutut telah berjodoh dan bertelur, selanjutnya hampir tidak ada lagi hambatan dalam perkembang-biakannya. Hambatan yang paling sering dialami oleh peternak, terutama pemula, justru terjadi pada rahap awal, yaitu pasangan perkutut tidak mau kawin alias tidak jodoh. Jika terjadi hal seperti ini, bagaimana cara mengatasinya. Uraian berikut yang akan menjawabnya.
A. Membeli Pasangan yang Telah Jodoh
Banyak peternak perkutut yang mencampur beberapa anakan perkutut dalam satu sangkar sebelum burung-burung tersebut dijual. Setelah berumur enam bulan atau lebih, anak perkutut ini mulai menampakkan tanda-tanda dewasa kelamin. Perkutut jantan mulai mencari pasangan dengan mengeluarkan bunyi sambil mengangguk-anggukkan kepala. Betina yang tertarik akan mendekat. Keduanya lalu saling mendekatkan kepala. Perkutut jantan lalu membuka paruh untuk memberi makanan kepada perkutut betina.
Untuk peternak pemula, bisa memanfaatkan tanda-tanda seperti ini dalam memilih pasangan perkutut. Jika ada sepasang perkutut telah menampakkan tanda-tanda seperti ini, berarti keduanya telah jodoh dan siap berkembang biak. Jika berniat membelinya, segera saja perkutut yang menampakkan tanda-tanda seperti ini disemprot dengan air hingga basah, lalu ditangkap. Jika tidak ditandai dengan air, akan sangat membingungkan dalam menangkapnya. Setelah berjodoh, segera pasangan tersebut dimasukkan ke sangkar perkembangbiakan. Selama beberapa hari pasangan burung ini akan beradaptasi dengan tempat yang baru. Setelah beradaptasi, pasangan ini akan menampakkan tanda-tanda awal perkembangbiakan.
Biasanya peternak perkutut yang menjual hasil ternakannya juga menyediakan pasangan perkutut yang sudah jodoh. Bisa saja kita membeli pasangan perkutut seperti ini dari peternak. Pasangan seperti ini bisa langsung dimasukkan ke sangkar perkembangbiakan.
Bagi peternak pemula, membeli pasangan yang sudah jodoh memang sangat menguntungkan. Tak perlu lagi repot-repot menjodohkan perkutut. Pasangan yang sudah jodoh bisa langsung dimasukkan ke dalam sangkar perkembangbiakan.
Cara memilih pasangan yang sudah berjodoh seperti di atas juga memiliki kekurangan. Peternak tidak bisa bereksperimen menjodohkan perkutut sesuai dengan keinginannya. Penjodohan semata-mata tergantung pada perkutut tersebut dalam memilih pasangan. Dengan demikian, kualitas suara keturunannya juga semakin tidak bisa diprediksi. .Namun, bagaimanapun juga cara ini bisa dicoba oleh pemula. Dalam beternak perkutut, tidak mungkin seorang peternak pemula bisa langsung mencetak burung berkualitas tanpa harus belajar terlebih dahulu. Inilah bagian dari proses belajar itu.
B. Menjodohkan Sepasang Perkutut
Adakalanya sepasang perkutut langsung kawin ketika disatukan dalam satu sangkar. Namun, tidak jarang pula sepasang perkutut yang telah lama dijodohkan tidak mau lekas kawin. Bahkan, sepasang perkutut yang kelihatannya saling tertarik ketika dicampur malah berkelahi.
Ketidakcocokan pasangan perkutut umumnya ditandai dengan betina yang tidak mau menerima pejantan. Perkutut betina selalu menghindar ketika didekati pejantan. Akibatnya, perkutut jantan selalu mengejarnya. Tidak jarang betina yang tidak mau menerima pejantan selalu dikejar-kejar dan dipatuki. Jika terus dibiarkan, perkutut betina akan mengalami luka, bahkan mati.
Hal seperti di atas hanya merupakan gambaran bahwa menjodohkan perkutut kadang-kadang tidak semudah atau mungkin juga tidak sesulit yang kita bayangkan. Seberapa mudah atau sulitnya menjodohkan perkutut ada baiknya jika dicoba terlebih dahulu.
1. Menjodohkan satu jantan dengan satu betina
Apabila ingin mengawali beternak hanya dengan sepasang perkutut, cara ini bisa dipilih. Cara penjodohan yang satu ini juga
memungkinkan peternak melakukan eksperimen untuk menghasilkan anak-anak perkutut yang berkualitas dengan cara menjodohkan induk-induk yang berkualitas.
Untuk menjodohkan seekor perkutut jantan dan betina, langkah pertama tentunya membeli calon induk jantan dan betina. Ada baiknya jika keduanya dibeli tidak dari peternak yang sama. Jika dibeli dari peternak yang sama, ada kemungkinan akan terjadi perkawinan antarsaudara.
Sebaiknya dipilih perkutut yang masih muda, umurnya tidak lebih dari tiga bulan. Sepasang perkutut yang masih muda ini selanjutnya dimasukkan dalam sangkar yang berbeda. Sangkarnya cukup dilengkapi dengan tenggeran, wadah pakan, wadah minum, dan penampung kotoran. Kedua sangkarnya setiap hari harus saling didekatkan, baik ketika sedang dijemur atau sudah ditempatkan di tempat teduh, supaya kedua perkutut bisa saling melihat.
Selama kurang lebih tiga bulan, kedua burung akan saling berinteraksi. Jika perkutut jantan berbunyi, perkutut betina akan menyahutnya. Selanjutnya, perkutut jantan akan berusaha menarik perhatian betina dengan suara dan anggukan kepala. Jika ada reaksi— seakan-akan ingin keluar dari sangkar dan mendekati perkutut jantan—dari perkutut betina, berarti ada kemajuan dalam penjodohan.
Pasangan yang sudah menampakkan perilaku seperti itu bisa dicampur dalam satu sangkar. Beberapa saat setelah dicampur pasangan ini harus dipantau. Jika keduanya tidak menampakkan tanda-tanda saling bermusuhan, kemungkinan besar keduanya telah jodoh. Perilaku seksual buriing jantan menjadi sangat jelas jika keduanya telah jodoh. Percumbuan antara sepasang burung ini biasanya diakhiri dengan perkawinan. Dalam sehari bisa terjadi perkawinan berulang-ulang. Perilaku seksual perkutut mudah diamati ketika burung tersebut sedang dijemur.
Jika ada tanda-tanda perkutut jantan berusaha mengawini perkutut betina, keduanya bisa segera dipindah ke sangkar perkembangbiakan. Sebelumnya sangkar perkembangbiakan harus sudah diisi dengan berbagai perlengkapan yang dibutuhkan.
Apabila setelah dicampur perkutut jantan terlihat mematuki perkutut betina, keduanya harus segera dipisah. Kemungkinan perkutut betina belum siap kawin atau pejantannya memang galak. Jika terus disatukan, perkutut betina akan terluka, bahkan bisa mati. Satu bulan kemudian, keduanya bisa disatukan lagi. Jika perkutut jantan masih menyerangnya, berarti keduanya memang tidak jodoh. Kedua perkutut ini harus dipasangkan dengan perkutut lain. Burung lain yang akan dipasangkan dengan burung ini kalau jantan harus lebih muda dari betina ini dan kalau betina harus lebih tua dari pejantan ini.
2. Satu jantan bebas memilih betina
Melakukan penjodohan dengan cara ini berarri harus membeli seekor perkutut jantan dan beberapa—paling tidak lebih dari dua— ekor betina. Burung-burung ini disatukan dalam sangkar berukuran panjang kira-kira 60 cm, lebar 40 cm, dan tinggi 50 cm. Sangkar ini cukup dilengkapi dengan wadah pakan, wadah minum, tenggeran, dan penampung kotoran. Di dalam sangkar ini perkutut jantan akan bebas memilih betina.
Apabila semua perkutut yang dimasukkan ke dalam sangkar ini telah dewasa kelamin, tidak lebih dari satu bulan sudah terbentuk pasangan yang jodoh. Betina yang mau menerima pejantan biasanya selalu berdekatan dengan pejantan tersebut. Keduanya lalu saling bercumbu dan melakukan perkawinan. Jika terlihat tanda-tanda seperti ini, pasangan tersebut segera saja diambil. Betina yang tidak terpilih dibiarkan saja berada dalam sangkar tersebut untuk dicarikan pejantan lain.
3. Beberapa jantan dan beberapa betina
Upaya menjodohkan perkutut juga bisa dilakukan dengan mencampur beberapa pejantan dengan beberapa betina di dalam satu sangkar. Jumlah jantan dan betina bisa sama atau bisa juga tidak. Sangkar berukuran panjang 60 cm, lebar 40 cm, dan tinggi 50 cm yang dilengkapi dengan wadah pakan dan air minum, tenggeran, dan penampung kotoran bisa digunakan untuk mencampur paling banyak delapan ekor burung.
Pasangan yang telah jodoh dapat diketahui melalui pengamatan terhadap perilaku burung-burung tersebut. Pasangan yang telah jodoh segera dipindah ke sangkar perkembangbiakan. Perkutut yang belum jodoh dibiarkan menghuni sangkar penjodohan hingga menemukan pasangannya.
Cara penjodohan seperti ini tetap memungkinkan adanya burung yang tidak mendapat pasangan. Burung yang tidak mendapat pasangan bisa tetap dipelihara. Siapa tahu kelak bisa digunakan untuk mengganti-ganti pasangan.
v. Memelihara Pasangan
Sepasang perkutut yang telah berada di sangkar perkembangbiakan merupakan pasangan yang siap berkembang biak. Jika dipelihara dengan benar, pasangan perkutut akan segera kawin dan menghasilkan keturunan. Memelihara pasangan perkutut yang sudah jodoh hingga berkembang biak bukan sesuatu yang sulit. Dengan menerapkan hal-hal berikut ini perkutut dapat berkembang biak dengan normal.
A. Kebutuhan Pakan, Air Minum, Vitamin, dan Mineral
Pakan, air, vitamin, dan mineral merupakan kebutuhan yang mutlak diperlukan oleh perkutut, baik untuk pertumbuhan dan perkembangan tubuh ataupun fungsi reproduksi. Pastikan vitamin burung dengan memberikan BirdVit, sedangkan untuk mineral—juga bisa digunakan BirdMineral. Dengan pemberian vitamin dan mineral itu, maka hanya dengan memberi pakan berupa biji-bijian, perkutut yang diternakkan dalam kandang beralas tanah sudah bisa hidup normal dan berkembang biak. Pentingnya mineral adalah karena tempat beternak hanya berupa sangkar kecil sehingga tidak memungkinkan perkutut mendapat tambahan mineral dari tanah. Artinya, unsur yang satu ini perlu diberikan secara khusus. Hal ini perlu dilakukan karena dikhawatirkan dengan mempercayakan pemenuhan kebutuhan terhadap mineral dari pakan saja dapat memungkinkan terjadinya defisiensi mineral. Defisiensi ini bisa mengakibatkan terganggunya pertumbuhan tubuh dan proses perkembangbiakan.
1. Pakan yang diberikan
Perkurut merupakan burung pemakan biji-bijian. Oleh karena itu, pakan yang diberikan juga berupa biji-bijian. Biji milet, jewawut, ketan hitam, dan gabah bisa diberikan kepada perkutut. Komposisinya tiga bagian milet selebihnya campuran jewawut, ketan hitam, dan gabah dengan perbandingan sama.
Untuk meningkatkan nilai gizi, campuran biji-bijian ini bisa dicampur dengan pakan ayam petelur dengan perbandingan 4:1. Penambahan pakan ayam petelur dilakukan hingga perkutut bertelur. Pada saat mengeram, cukup diberi pakan berupa biji-bijian. Ketika telur sudah menetas, pakannya bisa ditambah pakan untuk DOC (day old chiken, anak ayam umur sehari) dengan perbandingan empat bagian pakan biji-bijian dan satu bagian pakan DOC. Pakan ini diberikan selama perkutut mengasuh anak.
Pakan ini diberikan dalam jumlah tidak terlalu banyak, kira-kira habis dimakan selama sehari. Penambahan pakan sebaiknya tidak dilakukan ketika masih ada pakan yang tersisa. Biasanya pakan yang tersisa merupakan pakan yang tidak disukai perkutut. Jika ditambah dengan pakan baru, pakan yang tidak disukai tidak akan pernah termakan. Amat sayang jika pakan yang tidak disukai ini merupakan pakan yang nilai gizinya tinggi. Dengan tidak menambahkan pakan baru, pakan yang tidak disukai terpaksa juga dimakan.
Pemberian pakan sebenarnya bisa tiap tiga hari sekali. Jika ini dilakukan, kontrol terhadap kesegaran pakan harus sangat diperhatikan. Jangan sampai ada pakan yang busuk atau berjamur karena basah atau terkena kotoran. Pakan yang telah busuk bisa menyebabkan burung sakit atau mati jika memakannya.
Pada. saat pemberian pakan, wadah pakan harus dibersihkan. Jika perlu, dicuci hingga bersih. Kebersihan wadah pakan merupakan salah satu pendukung kesehatan perkutut. Penempatan wadah pakan harus dilakukan dengan pelan-pelan. Jangan sampai melakukan gerakan yang mengakibatkan perkutut terkejut. Gerakan yang mengejutkan akan membuat perkutut beterbangan menabrak-nabrak jeruji sangkar.
2. Air minum
Air oleh perkutut hanya digunakan untuk minum. Perkutut bukan jenis burung yang menggunakan air untuk membersihkan tubuhnya. Oleh karena itu, tidak diperlukan wadah yang terlalu luas untuk tempat air. Air yang diberikan pun tidak perlu terlalu banyak, asalkan cukup untuk satu hari. Sepanjang air bisa dikonsumsi oleh manusia maka air tersebut juga bisa diberikan ke perkutut, baik yang sudah direbus ataupun belum. Untuk air yang sudah direbus, harus didinginkan terlebih dahulu sebelum diberikan ke perkutut.
Air untuk minum sebaiknya diganti setiap hari. Pada saat air diganti, wadah air minum harus dibersihkan. Untuk sangkar yang ditempel agak tinggi, penggantian air minum menjadi agak sulit. Paling tidak harus menurunkan sangkar terlebih dahulu. Padahal, jika sangkar sering diturunkan, perkutut menjadi sering terganggu.
Ada suatu cara untuk mengatasi hal seperti ini. Dua buah botol plastik bekas kemasan sampo atau sejenisnya bisa digunakan untuk mempermudah penggantian air minum dan pembersihan wadahnya. Sebelum digunakan, botol harus bebas dari sisa-sisa dan aroma sampo. Setelah benar-benar bersih, lubang botol dimasuki selang kecil atau sedotan minuman. Panjang selang disesuaikan dengan ukuran botol. Yang pasti selang yang berada diluar botol kira-kira sepanjang 20 cm.
Jika botol akan digunakan sebagai alat untuk menuangkan air minum, selang dimasukkan hingga ke dasar botol. Jika botol hanya digunakan sebagai sarana untuk membersihkan wadah air minum, selang tidak perlu dimasukkan hingga ke dasar. Supaya antara selang dan lubang botol tidak berongga, tepi lubang bisa ditutup dengan lem plastik.
Botol yang digunakan untuk membersihkan wadah air minum bekerja dengan cara menyedot air berikut kotoran yang ada di dalam wadah air minum. Oleh karena itu, sebelum digunakan botol ini harus dalam keadaan kosong dan bersih. Untuk membersihkan wadah air minum, ujung selang dimasukkan dalam wadah tersebut. Selanjutnya botol ditekan-tekan hingga udara yang keluar akan mengaduk-aduk air dalam wadah minum. Air yang telah kotor bisa segera disedot ke dalam botol dengan cara melepas tekanan pada botol. Setelah wadah air minum kosong dan bersih bisa diisi dengan air baru dengan menggunakan botol untuk menuangkan air. Ujung selang dimasukkan ke dalam wadah air minum, lalu botol ditekan. Air akan mengalir memenuhi wadah air minum. Dengan bantuan alat seperti ini, pembersihan wadah minum dan penggantian airnya bisa dilakukan dengan sangat mudah tanpa harus menurunkan sangkar dari dinding dan mengeluarkan wadah yang akan dibersihkan.
3. Multivitamin dan mineral
Pengalaman peternak menunjukkan bahwa pemberian multivitamin, misalnya BirdVit, untuk burung kicauan juga bisa mempertahankan daya reproduksi perkutut tetap tinggi. Mukivitamin ini mengandung vitamin dan mineral yang diperlukan untuk reproduksi.
Di alam bebas perkutut sering memakan batu atau kerikil yang lembut untuk membantu pencernakan. Dalam sangkar penangkaran fungsi batu atau kerikil lembut bisa diganti batu bata. Pecahan batu bata berukuran setengah genggaman tangan bisa diletakkan di dasar sangkar. Perkutut akan mematuki batu bata ini untuk membantu pencernakan sekaligus memenuhi kebutuhan akan mineral. Sebelum diberikan ke perkutut, batu bata harus dicuci bersih, lalu direbus atau disangrai. Dengan cara ini perkutut akan terhindar dari serangan organisme yang kemungkinan menempel pada batu bata.
B. Kebersihan Sangkar
Sangkar yang bersih akan menghindarkan perkutut dari penyakit. Oleh karena itu, kebersihan sangkar harus selalu diperhatikan. Setiap hari kotoran yang tertampung harus dibuang. Penampungnya harus dibersihkan sebelum dikembalikan ke sangkar. Pelepasan maupun pemasangan kembali penampung kotoran harus dilakukan dengan pelan-pelan supaya perkutut tidak ketakutan.
Setelah penampung kotoran bersih, jeruji pada dasar sangkar juga dibersihkan dari kotoran yang menempel. Umumnya sangkar model sekarang jeruji pada sisi bawah bisa dilepas seperti halnya penampung kotoran. Sangkar seperti ini mudah dibersihkan dari kotoran tanpa mengganggu ketenangan perkutut yang ada di dalamnya.
Sangkar dibersihkan secara total ketika anak perkutut dipisah dari induknya. Sementara sangkar dibersihkan, induk perkutut dipindah ke sangkar lain. Semua kotoran yang menempel pada sangkar harus dibuang. Semua perlengkapan sangkar harus bersih. Kalau perlu, gunakan FreshAves untuk melakukan penyemprotan agar burung bebas kutu dan jamur. Setelah bersih, semua perlengkapan dikembalikan ke tempat semula. Bahan sarang tidak bisa dipakai lagi untuk bertelur. Bahan sarang harus diganti dengan yang baru untuk periode perkembangbiakan berikutnya.
C. Mengontrol Atap dan Pelindung
Kontrol terhadap atap sangkar juga harus dilakukan secara rutin. Jangan sampai ada atap yang bocor, terutama pada musim bujan. Posisi pelindung sarang serta wadah pakan dan wadah minum barus diperhatikan. Jangan sampai posisinya bergeser hingga memungkinkan sinar matahari atau air hujan masuk ke tempat-tempat tersebut.
D. Mengontrol Telur
Perkutut betina biasanya bertelur satu hingga dua minggu setelah kawin. Setiap periode perkembangbiakan seekor perkutut umumnya menghasilkan dua butir telur. Dua butir telur ini dikeluarkan berurutan selama dua hari. Meskipun demikian, kadang-kadang seekor perkutut hanya bertelur satu butir. Telur perkutut dierami selama 14-16 hari.
Sebaiknya tanggal keluarnya telur dicatat. Pencatatan diperlukan untuk mengetahui kapan telur menetas. Jika dalam waktu 14— 16 hari belum menetas, jangan terburu-buru telur tersebut diambil. Barangkali telur tersebut memang belum saatnya menetas. Telur baru bisa diambil, untuk dibuang, setelah melewati masa pengeraman selama seminggu. Pengambilan telur yang sudah saatnya menetas, tetapi belum juga menetas diperlukan supaya induk perkutut tidak terus mengerami telur yang nyata-nyata tidak mau menetas. Selain telur, bahan sarang juga perlu diambil.
Kadang-kadang ada perkutut jantan yang berusaha mengawini perkutut betina yang sedang mengerami telur. Keinginan perkutut jantan ini sering menyebabkan perkutut betina berlarian menghindarinya. Hal seperti ini tentu sangat mengganggu proses pengeraman telur. Perkutut jantan yang berperilaku seperti ini sebaiknya dipisah dari betinanya. Perkutut betina dibiarkan mengerami telur tanpa pejantan.
E. Memelihara Anak Perkutut
Apabila telur yang dierami telah menetas, perkutut betina menjadi tidak terlalu liar. Perkutut betina menjadi lebih sering berada di sarang sarang untuk melindungi anaknya. Setiap ada yang mendekatinya lalu diancam dengan patukan.
Seminggu setelah menetas, anak perkutut sudah tumbuh besar. Sebagian besar tubuhnya sudah ditumbuhi bulu-bulu jarum. Pada umur ini, anak perkutut belum aktif bergerak. Organ-organ geraknya, sayap dan kaki, masih terlihat sangat lemah. Kakinya belum mampu mengangkat tubuh dan sayapnya belum bisa dikepak-kepakkan.
Pada umur sekitar sepuluh hari, sebaiknya dilakukan pemasangan cincin pada kaki anak perkutut. Pemasangan dilakukan dengan cara memasukkan cincin pada tiga jari yang menghadap ke depan, lalu didorong ke belakang hingga melewati jari yang menghadap ke belakang. Setelah melewati jari yang menghadap ke belakang berarti cincin telah terpasang pada kaki perkutut. Jika pemasangan cincin terlambat, cincin akan susah terpasang karena kaki anak perkutut sudah tumbuh besar dan kaku.
Setelah dipasangi cincin atau umur sepuluh hari, anak perkutut bisa tetap dipercayakan ke induknya sendiri sepanjang induknya tidak menelantarkan anak-anaknya atau dititipkan ke puter untuk dibesarkan. Dengan dititipkannya anak perkutut ke puter, induk perkutut dapat segera bertelur lagi. Namun, jangan lupa untuk membuang bahan sarangnya dan mengganti bahan sarang yang baru seminggu kemudian. Anak perkutut akan diasuh oleh puter hingga mampu hidup sendiri.
Umur dua minggu bulu-bulu jarum mulai mengembang dan anak perkutut mulai berusaha keluar dari sarang. Pada umur ini, anak perkutut sering terlihat bertengger di tenggeran. Gerakannya menjadi semakin aktif, terutama saat lapar. Kakinya mulai bisa digunakan untuk melompat, sedangkan sayapnya mulai bisa dikepakkan.
Pada umur tiga minggu, anak perkutut mulai sering mengepak-ngepakkan sayap. Bulu-bulunya pun semakin sempurna menutup tubuh. Ketika lapar anak perkutut seumur ini akan mengejar induknya untuk minta suap. Sarang semakin sering ditinggalkan.
Umur empat minggu anak perkutut mulai bisa terbang meskipun belum sempurna. Selain bisa terbang, anak perkutut juga mulai bisa makan sendiri. Anak perkutut yang telah berumur empat minggu bisa dipisah dari induknya (disapih).
E Menjaga Kesehatan Induk
Sangkar, pakan, dan air minum yang selalu terjaga kebersihannya sebenarnya sudah bisa menghindarkan perkutut dari serangan penyakit. Meskipun demikian, adakalanya perkutut masih juga terserang penyakit. Cadangan dan mencret merupakan contoh penyakit yang kadang-kadang menyerang perkutut.
1. Cacingan
Perkutut yang terserang cacing menampikkan gejala kurus dan ekor sering digerak-gerakkan (seakan-akan berusaha membuang sesuatu dari kloaka). Kadang-kadang pada kotorannya dijumpai cacing.
Cacing bisa dibasmi dengan obat cacing untuk burung seperti AscariStop yang terbukti bisa membasmi berbagai jenis cacing pengganggu burung. Obat ini diberikan dengan cara diminumkan ke rongga mulut. Pemberian obat ini bisa diulang satu minggu kemudian selanjutnya pemberian obat cacing diberikan setiap sebulan sekali.
2. Mencret
Kondisi fisik kotoran bisa digunakan untuk mengetahui gangguan penyakit pencernaan. Perkutut yang sehat mengeluarkan ko toran dengan kondisi padat lunak (adakalanya keluarnya kotoran dibarengi dengan keluarnya cairan bening sehingga berkesan seperti mencret, padahal tidak).
Mencret merupakan gangguan pencernaan dengan tanda kotoran sangat lembek berwarna putih atau hijau. Mencret biasanya diikuti dengan menurunnya vitalitas hidup: perkutut terlihat lesu dan nafsu makan berkurang. Jika terlihat gejala seperti ini, air minum perkutut bisa diberi obat BirdBlown. Obat ini akan memulihkan kesehatan perkutut jika mencret yang dideritanya belum parah.
vi. Memanfaatkan Puter sebagai induk asuh
Anak perkutut bisa dititipkan ke burung puter untuk dibesarkan. Dengan demikian, induk perkutut tak perlu berlama-lama mengasuh anak. Induk perkutut hanya mengasuh anak selama kurang lebih sepuluh hari. Waktu yang seharusnya digunakan untuk mengasuh anak-kurang lebih hingga anaknya berumur sebulan-bisa digunakan untuk memulihkan kondisi tubuh setelah sekian lama mengeram. Begitu kondisinya pulih, induk perkutut bisa segera dikawinkan dan bertelur lagi. Inilah keuntungan memanfaatkan puter untuk mengasuh anak perkutut.
A. Memilih Puter untuk Induk Asuh
Puter yang telah berumur _+l,5 tahun bisa digunakan untuk membesarkan anak perkutut. Untuk keperluan ini, diperlukan sepasang puter, jantan dan betina. Sepasang puter bisa digunakan untuk mengasuh 2—6 ekor anak perkutut.
Sebagai induk pengganti, puter ini harus benar-benar sehat. Puter yang sehat bisa diketahui dari perilaku dan penampakan tubuhnya. Perilaku yang lincah dengan nafsu makan yang tinggi menunjukkan puter tersebut sehat. Bulu puter yang sehat juga tampak rapi dan bersih. Tak ada sama sekali bekas kotoran di sekitar kloaka. Matanya tampak bersih dan jernih. Lubang hidung bersih dan kering.
Untuk memastikan puter benar-benar sehat, selama satu bulan burung ini diisolasi (ditempatkan dalam sangkar dan dijauhkan tlari perkutut). Selama masa isolasi, puter diberi obat cacing dua kali dalain waktu dua minggu. Dengan cara ini puter akan terbebas dari cacing. Dengan demikian, anak perkutut yang akan diasuhnya pun juga terhindar dari serangan cacing.
B. Menyiapkan Sangkar Puter
Puter yang akan digunakan untuk mengasuh anak perkutut ditempatkan dalam sangkar berjeruji bambu. Bentuk sangkar sebaiknya memanjang dengan ukuran panjang 60 cm, lebar 40 cm, dan tinggi 50 cm. Di dalam sangkar ini pula anak perkutut akan diasuh oleh puter. Sangkar untuk puter ini dilengkapi dengan wadah pakan dan air minum, tenggeran, tempat sarang berikut bahan sarangnya, serta penampung kotoran.
Wadah pakan dan wadah minum sama dengan yang digunakan untuk perkutut. Wadah ini diletakkan di kanan dan kiri pintu sangkar. Peletakan seperti ini akan membuat wadah terhindar dari kotoran puter dan mudah dikeluarkan atau dimasukkan. Supaya tidak mudah bergeser atau terbalik, wadah pakan dan air minum harus dikaitkan ke jeruji sangkar.
Tenggeran dipasang pada ketinggian sepertiga atau setengah tinggi sangkar dengan arah sejajar panjang sangkar. Tenggeran sebaiknya terbuat dari kayu yang kasar (tidak licin) sehingga puter atau anak perkutut dapat bertengger dengan baik. Ranting asam yang masih terbungkus kulit sangat baik untuk tenggeran.
Tempat sarang untuk puter bisa dengan mudah didapat di pasar burung. Bahan pembuatnya bisa dari bambu atau rotan. Tempat sarang ini sebaiknya berdiameter sekitar 15 cm. Tempat sarang diletakkan di dasar sangkar pada sudut yang paling jauh dari pintu. Tempat sarang ini harus dilengkapi dengan bahan sarang berupa rerumputan atau daun cemara yang sudah kering. Bahan sarang harus sudah tersedia ketika puter mulai kawin.
Penampung kotoran dipasang pada bagian bawah sangkar. Perlengkapan ini harus bisa dengan mudah dipasang dan dilepas. Penampung kotoran bisa terbuat dari lembaran aluminium atau tripleks.
C. Meyiapkan Puter dan Memindahkan Anak Perkutut ke Sangkar Puter
Sebelum menjadi induk asuh, puter perlu dipersiapkan agar siap menerima anak perkutut.
1. Menyiapkan puter
Puter yang sudah terpilih untuk dijadikan induk asuh dan telah melewati masa isolasi bisa segera dimasukkan ke sangkar. Di dalam sangkar ini puter dipersiapkan untuk menerima anak perkutut.
a. Dibiarkan mengerami telur
Di dalam sangkar, puter harus diusahakan bisa bertelur dan mengerami telurnya. Telur puter akan menetas setelah dua minggu Sampai umur satu bulan anak perkutut masih diasuh oleh puter
dierami. Umumnya puter mudah jodoh dan cepat bertelur. Kurang lebih seminggu setelah kawin, puter mulai bertelur. Dalam masa perkembangbiakan ini puter akan menerima anak perkutut yang diletakkan di dalam sarangnya. Burung ini akan mengasuh anak perkutut seperti anaknya sendiri.
Kurang lebih seminggu setelah mengerami telur, puter mulai memproduksi susu tembolok. Susu tembolok ini akan diproduksi hingga anaknya berumur kurang lebih sepuluh hari. Pada masa puter memproduksi susu tembolok, inilah saat yang tepat untuk mulai mengasuh anak perkutut. Dengan demikian, anak perkutut akan mendapat susu tembolok dari puter. Susu tembolok ini penting bagi anak perkutut yang masih kecil.
Apabila puter terlalu awal bertelur hingga telurnya diperkirakan menetas sebelum anak perkutut siap dipindah, sebaiknya telur tersebut dimatikan dengan cara dimasukkan ke dalam air mendidih selama +_ 1 menit. Setelah itu, telur dikembalikan ke sarang puter. Puter akan terus mengerami telur yang tidak akan menetas. Bisa juga telur
puter diganti dengan telur buatan, misalnya dari batu. Dengan cara ini, susu tembolok yang diproduksi tidak akan diberikan ke anaknya sendiri.
b. Diberi pakan dan minum yang berkualitas
Sebelum bertelur puter diberi pakan milet, gabah, dan BirdMature kapsul. Kedua bahan pertama dicampur dengan perbandingan 2:1. Sedangkan BirdMature diberikan ke dalam air minum. Dengan pakan seperti ini, diharapkan puter dapat bertelur dengan baik. Untuk mempertinggi daya reproduksi, multivitamin seperti BirdVit tetap perlu diberikan.
Setelah mengerami telur dan siap dititipi anak perkutut, pakannya sedikit diubah. Pakan ayam petelur diganti dengan pakan untuk DOC, sedangkan gabah tidak perlu diberikan (.3 bagian milet : 1 bagian pakan DOC). Dengan pakan seperti ini, perkembangan tubuh anak perkutut yang diasuhnya diharapkan bisa semakin baik.
2. Memindah anak perkutut ke sarang puter
Anak perkutut bisa dipindah ke sarang puter setelah berumur kurang lebih sepuluh hari. Pada umur ini, gerakan anak perkutut tidak begitu aktif. Seluruh kebutuhan hidupnya masih tergantung pada induknya. .Bulu tubuhnya masih berupa bulu jarum yang belum mengembang sempurna. Oleh karena itu, selain makan, anak burung ini masih membutuhkan kehangatan tubuh dari induknya. Dua kebutuhan hidup ini akan dipenuhi oleh puter.
Sebelum anak perkutut dipindah ke sarang puter, telur puter yang ada di dalamnya harus diambil. Jangan lupa, sebelum dipindahkan, kaki anak perkutut dipasangi cincin. Begitu berada di sarang puter, anak perkutut akan dipelihara oleh puter seperti anaknya sendiri. Ketika temboloknya kosong dan mencicit (suara anak perkutut yang kelaparan), puter akan segera memberi makan. Paruh puter akan dibuka dan didekatkan ke paruh anak perkutut. Pada saat yang bersamaan, puter rriemuntahkan kembali makanan yang ada di dalam tembolok ke rongga mulut. Selanjutnya, paruh anak perkutut akan masuk ke rongga mulut puter untuk mengambil makanan.
Kurang lebih mendekati umur sebulan sejak menetas dari telur atau tiga minggu setelah diasuh puter, anak perkutut mulai belajar makan sendiri. Anak burung ini mulai mematuk-matuk butiran pakan, tetapi masih kesulitan untuk menelannya. Lama-kelamaan butiran biji bisa ditelan dengan mudah. Ketika sudah mampu makan sendiri, anak perkutut bisa dipisah dari puter.
D. Merawat Induk Perkutut yang Anaknya Telah Diambil
Induk perkutut yang anaknya telah dititipkan ke puter perlu diberi perawatan ekstra. Sehari setelah anaknya diambil, kedua induk perkutut, baik jantan maupun betina, diberi kacang hijau sebanyak sepuluh butir setiap ekor. Sebelumnya, kacang hijau direbus set’engah matang. Butiran kacang hijau ini dimasukkan ke dalam mulut perkutut hingga tertelan. Pemberian kacang hijau dilakukan setiap hari selama seminggu.
Selain kacang hijau, induk perkutut juga diberi BirdVit dan BirdMineral. Berikan minuman yang ke dalamnya dimasukkan BirdVit dan pada pakan/biji-bijian diberikan BirdMineral. BirdVit bisa diberikan sepekan tiga kali sedangkan BirdMineral sepekan sekali. BirdMineral adalah mineral burung.
Perawatan ekstra ini diberikan untuk mempertahankan kondisi induk perkutut agar tetap prima. Tanpa perlakuan ini dikhawatirkan kondisi induk akan memburuk karena frekuensi reproduksinya diperpendek. Tanpa campur tangan manusia, perkutut hanya bertelur satu atau dua kali dalam setahun. Di tempat penangkaran, perkutut bisa bertelur 6—10 kali dalam setahun. Peningkatan produksi ini tentunya berpengaruh buruk terhadap kesehatan induk.
vii. Menyapih anakan perkutut
Setelah diasuh puter selama kurang lebih 1,5 bulan, anak perkutut telah mampu makan sendiri. Pada umur inilah, anak perkutut bisa disapih. Selanjutnya, anak perkutut tidak tergantung pada induk asuh untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
A. Sangkar untuk Menyapih
Untuk menyapih anak perkutut, diperlukan sangkar dengan ukuran panjang sekitar 60 cm, tinggi 40 cm, dan lebar 40 cm (pada prinsipnya semakin besar ukuran sangkar akan semakin baik). Sangkar seukuran ini bisa digunakan untuk menampung sekitar 10 ekor anak perkutut. Di dalam sangkar penyapihan ini, anak perkutut akan melatih otot-otot tubuhnya, terutama otot terbang. Di dalam sangkar ini pula, anak-anak perkutut mulai belajar bersuara.
Sangkar penyapihan perlu dilengkapi dengan tenggeran, tempat pakan dan air minum, penampung kotoran, serta lampu listrik berkekuatan sekitar 10 watt. Lampu listrik dipasang menempel pada atap sangkar. Lampu ini bcrfungsi sebagai penghangat pada malam hari atau pada saat udara dingin. Oleh karena itu, lampu ini hanya dinyalakan pada malam hari atau pada saat udara dingin. Lampu listrik tidak diperlukan lagi ketika anak perkutut telah berumur empat bulan atau lebih.
B. Penempatan Sangkar Penyapihan
Sangkar penyapihan diletakkan di tempat yang beratap sehingga tidak terkena air ketika hujan. Setiap hari sangkar berikut anak perkutut di dalamnya harus dijemur di bawah sinar matahari minimal dua jam. Penjemuran sebaiknya dilakukan pada pagi hari, sekitar pukul 07.00-09.00.
Selama sangkar dijemur, dilakukan juga pembersihan terhadap tempat pakan dan air minum serta penampung kotoran. Sisa pakan hari kemarin sebaiknya dibuang dan diganti dengan pakan yang baru, demikian juga air minumnya.
Pada malam hari atau pada saat suhu udara terasa dingin, lampu dalam sangkar dinyalakan. Lampu yang menyala akan membuat udara di dalam sangkar menjadi hangat. Udara yang hangat sangat diperlukan oleh anak perkutut mengingat bulu-bulunya belum tumbuh sempurna dan belum mampu menghadapi perbedaan cuaca
yang ekstrem. Panas dari lampu ini akan membantu anak perkutut menghadapi dinginnya udara malam dan cuaca yang buruk.
C. Pakan untuk Anak yang Disapih
Anak perkutut yang baru disapih diberi pakan milet. Biji-bijian berukuran agat besar seperti gabah dan ketan hitam tidak perlu diberikan. Milet yang diberikan harus bersih dan benar-benar bernas.
Untuk menjamin kebersihan, sebelum diberikan, milet dicuci dengan air bersih, lalu dikeringkan di bawah sinar matahari. Pencucian juga bisa digunakan untuk menyeleksi milet yang benar-benar bernas. Milet yang bernas tenggelam di dalam air, sedangkan yang kosong akan mengambang. Milet yang mengambang inilah yang harus dibuang.
Jika anakan perkutut yang disapih lebih dari dua, ukuran tempat pakan harus agak besar, lebih dari 7 cm. Dengan tempat pakan yang agak besar, anakan perkutut tidak akan berebut tempat sewaktu makan. Pakan diberikan sehari sekali, pada pagi hari. Pemberian pakan dilakukan bersamaan dengan pemberian air minum. Ada baiknya jika air minum yang diberikan berupa air bersih yang telah matang (sudah direbus hingga mendidih, lalu didinginkan).
viii. Menyeleksi Perkutut Anakan sapihan
Seleksi terhadap anak perkutut bisa dilakukan saat anak perkutut mulai ditempatkan di sangkar penyapihan. Di sangkar penyapihan, bentuk fisik anak perkutut hisa diamati dan suaranya mulai bisa didengar. Seleksi dimaksudkan untuk mencari anak perkutut yang berfisik normal dan bersuara bagus.
A. Seleksi Kualitas Fisik
Sebenarnya yang dipentingkan dari seekor perkutut adalah kualitas suaranya. Meskipun demikian, bentuk fisik yang normal juga perlu diperhatikan. Adakalanya anak perkutut menyandang cacat fisik secara bawaan. Cacat fisik bisa diketahui hanya dengan pengamatan sekilas atau dengan cara yang lebih teliti.
Mata juling dan kaki pengkor merupakan cacat bawaan yang dapat diketahui dengan cepat. Cacat fisik yang membutuhkan pengamatan lebih cermat ialah tulang dada bengkok. Tulang dada bengkok hanya dapat diketahui dengan jalan meraba dada perkutut. Tulang dada yang normai rerasa lurus ketika diraba.
Anak burung yang menderita cacat seperti itu sebaiknya disatukan dalam sangkar yang sama, Bagaimanapun pembeli juga memperhatikan penampilan fisik. Burung yang cacat tak akan dibeli kecuali suaranya istimewa.
Anak perkutut yang cacat juga perlu didengar. suaranya. Siapa tahu dari beberapa anak perkutut yang cacat fisik ada yang bersuara istimewa. Untuk itu, setelah seleksi kualitas fisik harus diikuti dengan seleksi kualitas suara.
B. Seleksi Kualitas Suara
Seleksi kualitas suara sulit dilakukan ketika anak perkutut baru bisa mengeluarkan “suara air” (suara anak). Suara air sulit untuk patokan perkiraan suara setelah dewasa. Oleh karenanya, jangan menyeleksi anak perkutut yang masih dalam tahap ini.
Lama-kelamaan suara air menjadi semakin jelas seiring dengan bertambahnya umur perkutut. Pada umur tiga bulan, suara anak perkutut sudah semakin jelas dan mulai stabil (tidak berubah-ubah). Suara anak perkutut dikatakan stabil jika selama paling tidak lima kali, suara yang dikeluarkan tidak berubah-ubah. Dengan demikian, suara yang dimilikinya akan tetap sama hingga dewasa. Pada umur inilah seleksi kualitas suara bisa dengan mudah dilakukan.
Seleksi kualitas suara menuntut peternak mengetahui kriteria suara yang bagus. Oleh karena itu, tidak ada jeleknya jika peternak sering datang ke konkurs perkutut. Pada konkurs perkutut, peternak bisa mendengar dan mengetahui secara langsung suara perkutut yang berkualitas. Selanjutnya, suara dalam konkurs bisa dibandingkan dengan suara perkutut hasil ternakannya. (Habis)
Tips dan info lain:
1. Jika burung perkutut jantan untuk penangkaran tidak juga manggung gacor merayu betina meski secara umum terlihat sehat atau burung betina tidak juga matang kelamin meski sudah berusia di atas 7 bulan; atau telor-telor burung tidak isi dan karenanya tidak bisa menetas, kita perlu memastikan bahwa si jantan bisa memproduksi sperma yang “berisi” dan kesehatan reproduksi betina benar-benar maksimal.
Selama kondisi alat-alat reproduksi dalam keadaan normal, Bird Mature sudah terbukti meningkatkan kesempurnaan proses reproduksi burung-burung penangkaran. Tidak hanya kenari, tetapi semua jenis burung.
2. Jika burung-burung anakan dari penangkaran kita gampang mati, atau kakinya sering pengkor, lembek, karena daya tahan tubuh secara umum lemah, kita perlu memastikan bahwa indukannya diberi konsumsi Bird Mineral.
Bird Mineral tidak hanya bagus untuk anakan tetapi juga indukan karena Bird Mineral menjadikan bulu kuat, mulus, berkilau sehabis molting atau ngurak alias mabung; burung tidak terkena rachitis (tulang-tulang lembek, bengkok dan abnormal); bebas paralysa (lumpuh); bebas perosis (tumit bengkak); menjadikan anak burung menetas sehat; burung tidak mengalami urat keting (tendo); burung tidak terlepas sendinya, tidak tercerai (luxatio); paruh tidak meleset, tidak kekurangan darah sehingga pucat dan lemah; burung di penangkaran bisa segera bertelur, telur berisi, produktivitas tinggi, daya tetas tinggi; kematian embrio rendah.
JUAL BURUNG PERKUTUT
Harga dari Rp. 150.000, s/d 15 Jt... Hub Admin
JUAL BURUNG PERKUTUT
Harga dari Rp. 150.000, s/d 15 Jt... Hub Admin
1 komentar:
SELAMAT ANDA MENDAPATKAN UNDANGAN RESMI DARI SUMOQQ.ORG Kunjungi skrg Live Chat nya u/Info lbh
Lanjut,Dan Dapatkan Jutaan Rupiah Dengan Cuma-Cuma BBM : D8ACD825
Posting Komentar