Psikologi Zone – Bagaimana otak bereaksi pada kesalahan adalah tergantung pola pikir anda. Apakah Anda pernah berpikir Anda bisa atau berpikir Anda tidak bisa? Itu adalah salah satu bukti perbedaan manusia dalam berpikir. Sebuah penelitian baru dari Henry Ford dan akan diterbitkan dalam edisi mendatang di Psychological Science, sebuah jurnal Asosiasi untuk Psychological Science dikutip dari Science Daily (Sep. 30, 2011), menemukan bahwa orang yang berpikir mereka bisa belajar dari kesalahan, memiliki reaksi otak yang berbeda dibandingkan orang yang berpikir bahwa inteligensi itu bersifat tetap.
Jason S. Moser, dari Michigan State University, yang berkolaborasi pada studi baru dengan Hans S. Schroder, Carrie Heeter, Tim P. Moran, dan Yu-Hao Lee mengatakan, salah satu perbedaan besar antara orang yang berpikir inteligensi itu bersifat fleksibel dibandingkan orang yang berpikir inteligensi itu bersifat tetap adalah bagaimana mereka menanggapi sebuah kesalahan.
Penelitian ini menemukan bahwa orang yang berpikir bahwa kecerdasan itu bersifat fleksibel cenderung untuk mengatakan “Jika saya membuat kesalahan, saya mencoba untuk belajar dan mencari tahu.” Di sisi lain, orang yang berpikir bahwa kecerdasan itu bersifat tetap, maka mereka tidak akan mengambil kesempatan untuk belajar dari kesalahan mereka.
Ini bisa menjadi masalah yang serius pada siswa dalam belajar. Ketika siswa berpikir kecerdasan adalah tetap, maka ia akan berpikir tidak perlu repot-repot berusaha lebih keras, setelah ia gagal tes.
Penelitian ini dilakukan pada sejumlah orang dan diberikan tugas. Tugas ini adalah pekerjaan dimana mereka akan mudah berbuat kesalahan. Mereka diperintahkan untuk membuat susunan surat-surat berdasarkan urutan tertentu. Saat mereka membuat kesalahan, mereka mengalaminya secara langsung dan merasa bodoh.
Ketika melakukan tugas tersebut, mereka memakai sebuah topi yang dapat mencatat aktifitas listrik di otak. Ketika seseorang membuat kesalahan, otak mereka membuat dua sinyal cepat: pertama adalah respon awal yang menunjukkan ada sesuatu yang keliru dan membiarkan, respon kedua menunjukkan bahwa orang tersebut secara sadar menyadari kesalahan dan berusaha memperbaiki. Kedua sinyal terjadi dalam seperempat detik ketika kesalahan terjadi. Setelah percobaan, para peneliti ingin mengetahui apakah orang-orang ini percaya bahwa mereka bisa belajar dari kesalahan mereka atau tidak.
Orang yang berpikir mereka bisa belajar dari kesalahan, mereka berhasil bangkit kembali setelah kesalahan terjadi. Otak mereka juga bereaksi berbeda, menghasilkan sinyal kedua yang lebih besar. Salah satu subjek mengatakan, “saya melihat bahwa saya telah membuat kesalahan, jadi saya harus lebih memperhatikan”.
Hal ini dapat membantu kita memahami mengapa dua tipe orang dengan pemikiran di atas, menunjukkan perilaku berbeda setelah mereka berbuat kesalahan. Orang yang berpikir mereka bisa belajar dari kesalahan, memiliki otak yang diatur untuk lebih memperhatikan kesalahan, bahwa kecerdasan itu bersifat fleksibel dan terus berkembang. Penelitian ini bisa membantu dalam melatih orang untuk percaya bahwa mereka dapat bekerja lebih keras dan belajar lebih banyak. Penelitian ini menunjukkannya dengan bagaimana otak memiliki reaksi berbeda terhadap kesalahan.
0 komentar:
Posting Komentar