Petikan Wawancara Mario Teguh
dengan SUFINEWS, untuk menjawab siapa sebetulnya beliau..
Pak Mario, Saat memberikan terapi atau
memotivasi, di antara Ilmu Kejiwaan Barat dan Ilmu Kejiwaan dalam agama, mana yang anda gunakan?
Kalau Anda perhatikan penjelasan saya diatas, sebenarnya peta
yang ada dalam Kecerdasan Emosional yang
saya tawarkan merupakan gugusan pilar dari kebenaran, keindahan dan
kebaikan. Hal ini didasari oleh fitrah kehidupan bahwa manusia d alam
hidup itu tak lepas dari menginginkan kebaikan, menyukai keindahan dan
mencari kebenaran. Tapi d alam realitas
kehidupan, tiga hal ini lebih sering dirasakan oleh manusia sebagai tiga
hal yang berdiri sendiri-sendiri. Misalnya kebenaran yang dicari ternyata
malah membawa kepedihan, keindahan yang disukainya ternyata tidak membawa
kebaikan, atau kebaikan yang diusahakan malah bertentangan dengan
kebenaran. Pada saat yang demikian manusia tidak dapat menikmati keadaan
itu secara sempurna lalu mengidap split personality atau kepribadian yang
terpecah belah. Nah kira-kira melalui apa manusia dapat menemukan dan
merasakan kebenaran, keindahan dan kebaikan sejati (haqiqi; red)? Dalam
beragama bukan?!
Wah penjelasan Anda nyufi banget loh ?!
Ha.ha.ha.terimakasi h, Mas. Tapi terus terang. Dalam
menjalankan tugas (baik sebagai pembicara publik maupun motivator) saya
menghindari komponen-komponen komunikasi yang terlalu mengindikasikan agama
Islam secara formal atau verbal.
Kenapa ?
Buat saya, ketika kita betul-betul dengan sadar sesadarnya
mengatakan ya! terhadap keberadaan dan keesaan Allah (laa
ilaaha illallaah; red) kita tak perlu repot-repot lagi memikirkan
lebel-lebel formal ketuhanan. Pokoknya terus berlaku jujur, menjaga
kerahasiaan klien, menganjurkan yang baik, menghindarkan perilaku, sikap
dan pikiran buruk, saya rasa ini semua pilihan orang-orang beriman. Itu
alasan pertama. Alasan kedua, Islam itu agama rahmat untuk semesta alam
loch. Berislam itu mbok yang keren abis gitu loch ! Maksudnya jadi orang
Islam mbok yang betul-betul memayungi (pemeluk) agama-agama lain. Agama
kita itu sebagai agama terakhir dan penyempurna bagi agama-agama
sebelumnya. Agama kita puncak kesempurnaan agama loch. Dan karenanya kita
harus tampil sebagai pembawa berita bagi semua. Kita tidak perlu
mengunggul-unggulka n agama kita yang memang sudah unggul dihadapan
saudara-saudara kita yang tidak seagama dengan kita. Bagaimana Islam bisa
di nila i baik kalau kita selaku muslim lalu
merendahkan agama (dan pemeluk) agama lain.
Apakah dalam pandangan Anda semua agama itu sama ?
Ha.ha.ha.ya jelas tidak sama toch, Mas. Tapi oleh Tuhan manusia
diberi kebebasan memilih diantara ketidak samaan itu. Saya tidak akan mengatakan
bahwa perbedaan itu rahmat, tapi saya akan menunjukkan Windows Operating
System yang dikeluarkan Microsof. Masih ada toch Mas orang yang masih
menggunakan Windows 95? Masih ada juga kan
orang yang menggunakan Windows 98 atau Windows 2000? Dan Anda sendiri
sekarang menggunakan Windows XP kan ?.
Begitu juga dengan agama-agama Tuhan, Mas. Ada
versi-versi yang sesuai untuk zamannya, untuk kelengkapan fikiran di zaman
itu dan disana ada jenis kemampuan masing-masing orang d alam
menyikapinya. Masak Anda mau memaksa orang lain untuk memakai XP pada
orang yang kemampuannya cuma sebatas memiliki Windows 95? Tidak toch!?
Alangkah indahnya kalau semua orang Islam ketika bicara dapat diterima
semua pemeluk agama lain.
Contohnya seperti apa pembicaraan yang dapat diterima semua pemeluk agama ?
Anda adalah direktur utama dari perusahaan jasa milik Anda sendiri.
Anda adalah CEO dari kehidupan Anda sendiri. Anda sebenarnya,
sepenuhnya bertanggungjawab atas bisnis kehidupan Anda dan apapun yang akan
terjadi pada diri Anda sendiri. Anda bertanggungjawab atas semuanya antara
lain, produksi, pemasaran, keuangan, RND dan lain sebagainya diperusahaan
kehidupan Anda. Demikian pula Anda sendirilah yang menentukan berapa besar
gaji Anda, berapa income Anda. Bila Anda tidak puas dengan penghasilan yang
Anda terima, Anda bisa melihat didekat cermin Anda dan menegosiasikan pada
bos Anda, yakni Anda sendiri yang ada did alam
cermin, begitu kira-kira. Nah, menurut saya etos demikian tak dapat
dibantah oleh semua ajaran agama-agama yang ada didunia.
Apa yang anda contohkan bukan malah menujukkan bahwa manusia adalah
segala-segalanya. Terkesan, seolah-olah Tuhan tak memiliki peran apa-apa
disana ?
Di atas saya mengatakan bahwa alasan kita tersenyum di pagi hari
kepada isteri dan anak-anak, menyambut mereka dengan santun, berusaha
datang tepat waktu untuk memenuhi janji, itu semua bukan semata-mata karena
didasari atas kesantunan kita sebagai manusia, melainkan kita ingin
mengabdi kepada-Nya. Begitu juga dengan contoh barusan, itu sebenarnya
merupakan cermin atas pesan agama yang meminta totalitas kita dalam
menjalankan sebuah amanah.. Apalagi jika kita bicara tentang cermin, akan sangat panjang pembicaraan kita. Dan setiap spirit tidak selalu harus ada embel-embel nama surat atau ayat dari kitab suci
tertentu. Bukankah seorang jenderal paling ateis pun ketika melepaskan
pasukannya ke medan perang tak dapat menghindarkan diri dari ucapan, Semoga kalian sukses!. Kalimat Semoga disitu menyimpan harapan campur tangan
kekuatan dari Yang Maha Kuat. Biarlah Tuhan menjadi sesuatu yang
tersembunyi di dalam relung hati kita yang paling dalam .
Apa arti sukses menurut anda ?
Perjalanan 50 tahun hidup yang sudah saya jalani menyimpulkan bahwa sukses
itu tidak selalu berarti mendapat piala atau pujian, meski tak ada salahnya
jika kita mendapatkan keduanya. Hanya saja itu semua bukan kriteria dari
sukses itu sendiri. Karenanya tak jarang orang kemudian sulit menemukan
kesuksesan-kesukses an yang pernah diraihnya. Secara sederhana sukses adalah
bagaimana kita keluar dari comfort zone kita dan mencoba menjadi lebih baik
dari sebelumnya. Dengan definisi ini Anda akan melihat begitu banyak
kesuksesan yang bisa Anda lihat pada diri Anda. Kalau kemarin Anda baru
bisa membantu satu orang, hari ini Anda bisa membantu dua dan besok Anda
bisa membantu lebih banyak lagi, maka anda sukses. Dengan perasaan yang
positif mengenai kesuksesan yang pernah Anda raih, maka Anda akan merasa
semakin sukses dan semakin percaya diri dengan cita-cita, visi dan misi hidup Anda.
Saya sangat tidak setuju dengan ungkapan, Biarlah kita sekarang
susah, asal nanti kita sukses. Ini jelas enggak pernah bakal sukses.
Saya bertanya, dimana anak tangganya? Bukankah untuk meraih kesuksesan
besar harus diawali dengan kesuksesan kecil dan sedang?. Ada pepatah yang
mengatakan, Sukses akan melahirkan sukses yang lain. Nah dari
pepatah ini dapat diambil pelajaran, apabila kita semakin mudah untuk
melihat kesuksesan kita dari hal-hal yang kecil, maka mudah bagi kita untuk
mengumpulkan, mengakumulasikan dan melangkah mencapai sukses yang lebih
besar. Percaya dech, dengan sukses kecil-kecil itu, cepat atau lambat
sukses yang lebih besar akan menjemput Anda.
Penjelasan Anda mengingatkan saya akan nasehat Sufi Besar, Imam Ibnu Athaillah, yang mengatakan, Tanamkanlah ujudmu dalam bumi yang sunyi sepi, karena sesuatu yang tumbuh
dari benda yang belum ditanam, tidak sempurna hasilnya.
Pertanyaannya, bagaimana memupuk rasa rendah hati dalam diri kita ?
O, ya ? Beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk memupuk kerendahan hati
diantaranya adalah dengan menyadari kembali bahwa seluruh yang kita punyai
adalah anugerah-Nya, berkah-Nya atau rahmat-Nya.
Karenanya katakan pada diri sendiri,
Aku masih ingin belajar,
Aku masih ingin mendapatkan input dari sekelilingku,
Aku masih ingin mendapatkan pengetahuan- pengetahuan dari mana saja
agar dapat lebih baik.
Jika ditilik dari kehidupan kita, umat
Islam, nampaknya metode memupuk kerendahan hati yang Anda sampaikan masih
menjadi problem besar tersendiri ya ?
Persis seperti yang saya perhatikan selama ini. Saudara-saudara kita sesama
muslim masih terlalu asyik dengan dunianya sendiri dan bergaul hanya pada
lingkungannya sendiri. Malah yang lebih memprihatikan, dengan sesama muslim
kalau ngundang pembicara dia tanya dulu, Orang itu madzhabnya apa?.
Dia tidak akan menerima orang yang tidak satu madzhab, satu
aliran, dengannya. Padahal dinegara-negara maju sudah menjadi pemandangan
yang biasa orang-orang Yahudi mengundang pembicara Islam, Hindu atau Kristiani, atau sebaliknya. Mereka sudah mantap dengan iman mereka sehingga mereka tidak khawatir dengan pembicara yang datang
dari luar komunitas mereka. Mereka sangat yakin, bahwa dengan cara demikian
(menghadirkan pembicara orang luar), mereka dapat memperkaya
wacana dan kehangatan batin. Kita, atau persisnya sebagian umat Islam, lupa
bahwa salah satu cara mensyukuri perbedaan ditunjukkan bukan pada lisan
akan tetapi dengan mendengarkan pendapat orang lain yang beda keyakinan
agamanya.
Anda punya pengalaman keberislaman Anda yang inclusive itu?
Iya. Pernah beberapa peserta saya mengklaim materi yang baru saja selesai
saya sampaikan menurut sudut pandang keyakinan agama mereka. Seorang
peserta yang beragama Kristiani mengatakan bahwa materi saya ada juga di
ajarkan d alam Injil. Peserta lain yang beragama Islam mengaku bahwa materi
yang saya sampaikan ada di Al-Quran surat al-Maidah.
Peserta yang Budha menganggap bahwa materi saya itu
penerapan dari Dharma-dharma Budha. Saya hanya mengembalikan semua
apresiasi itu kepada-Nya.
Pengalaman lain ?
Masih banyak orang yang salah faham terhadap Islam. Ada satu pengalaman
yang mengherankan sekaligus membuat saya prihatin. Dalam
satu seminar di acara coffee break isteri saya didatangi salah seorang peserta
penganut agama Kristen yang taat. Masih kepada isteri saya, orang itu
memberi komentar bahwa saya menerapkan ajaran Injil dengan baik. Lalu
dengan lembut, penuh kehati-hatian, isteri saya memberitahu bahwa saya
seorang muslim. Sontak orang itu terperanjat saat mengetahui bahwa saya
seorang muslim. Yang membuat isteri saya (dan kemudian juga saya) prihatin
adalah ucapannya, Loch , koq ada ya orang Islam yang baik macam Pak Mario !?
Saya pun terkekeh mendengarnya. Nah ini
kritik dan sekaligus menjadi tugas kita semua untuk memperbaiki citra
Islam
dengan SUFINEWS, untuk menjawab siapa sebetulnya beliau..
Pak Mario, Saat memberikan terapi atau
memotivasi, di antara Ilmu Kejiwaan Barat dan Ilmu Kejiwaan dalam agama, mana yang anda gunakan?
Kalau Anda perhatikan penjelasan saya diatas, sebenarnya peta
yang ada dalam Kecerdasan Emosional yang
saya tawarkan merupakan gugusan pilar dari kebenaran, keindahan dan
kebaikan. Hal ini didasari oleh fitrah kehidupan bahwa manusia d alam
hidup itu tak lepas dari menginginkan kebaikan, menyukai keindahan dan
mencari kebenaran. Tapi d alam realitas
kehidupan, tiga hal ini lebih sering dirasakan oleh manusia sebagai tiga
hal yang berdiri sendiri-sendiri. Misalnya kebenaran yang dicari ternyata
malah membawa kepedihan, keindahan yang disukainya ternyata tidak membawa
kebaikan, atau kebaikan yang diusahakan malah bertentangan dengan
kebenaran. Pada saat yang demikian manusia tidak dapat menikmati keadaan
itu secara sempurna lalu mengidap split personality atau kepribadian yang
terpecah belah. Nah kira-kira melalui apa manusia dapat menemukan dan
merasakan kebenaran, keindahan dan kebaikan sejati (haqiqi; red)? Dalam
beragama bukan?!
Wah penjelasan Anda nyufi banget loh ?!
Ha.ha.ha.terimakasi h, Mas. Tapi terus terang. Dalam
menjalankan tugas (baik sebagai pembicara publik maupun motivator) saya
menghindari komponen-komponen komunikasi yang terlalu mengindikasikan agama
Islam secara formal atau verbal.
Kenapa ?
Buat saya, ketika kita betul-betul dengan sadar sesadarnya
mengatakan ya! terhadap keberadaan dan keesaan Allah (laa
ilaaha illallaah; red) kita tak perlu repot-repot lagi memikirkan
lebel-lebel formal ketuhanan. Pokoknya terus berlaku jujur, menjaga
kerahasiaan klien, menganjurkan yang baik, menghindarkan perilaku, sikap
dan pikiran buruk, saya rasa ini semua pilihan orang-orang beriman. Itu
alasan pertama. Alasan kedua, Islam itu agama rahmat untuk semesta alam
loch. Berislam itu mbok yang keren abis gitu loch ! Maksudnya jadi orang
Islam mbok yang betul-betul memayungi (pemeluk) agama-agama lain. Agama
kita itu sebagai agama terakhir dan penyempurna bagi agama-agama
sebelumnya. Agama kita puncak kesempurnaan agama loch. Dan karenanya kita
harus tampil sebagai pembawa berita bagi semua. Kita tidak perlu
mengunggul-unggulka n agama kita yang memang sudah unggul dihadapan
saudara-saudara kita yang tidak seagama dengan kita. Bagaimana Islam bisa
di nila i baik kalau kita selaku muslim lalu
merendahkan agama (dan pemeluk) agama lain.
Apakah dalam pandangan Anda semua agama itu sama ?
Ha.ha.ha.ya jelas tidak sama toch, Mas. Tapi oleh Tuhan manusia
diberi kebebasan memilih diantara ketidak samaan itu. Saya tidak akan mengatakan
bahwa perbedaan itu rahmat, tapi saya akan menunjukkan Windows Operating
System yang dikeluarkan Microsof. Masih ada toch Mas orang yang masih
menggunakan Windows 95? Masih ada juga kan
orang yang menggunakan Windows 98 atau Windows 2000? Dan Anda sendiri
sekarang menggunakan Windows XP kan ?.
Begitu juga dengan agama-agama Tuhan, Mas. Ada
versi-versi yang sesuai untuk zamannya, untuk kelengkapan fikiran di zaman
itu dan disana ada jenis kemampuan masing-masing orang d alam
menyikapinya. Masak Anda mau memaksa orang lain untuk memakai XP pada
orang yang kemampuannya cuma sebatas memiliki Windows 95? Tidak toch!?
Alangkah indahnya kalau semua orang Islam ketika bicara dapat diterima
semua pemeluk agama lain.
Contohnya seperti apa pembicaraan yang dapat diterima semua pemeluk agama ?
Anda adalah direktur utama dari perusahaan jasa milik Anda sendiri.
Anda adalah CEO dari kehidupan Anda sendiri. Anda sebenarnya,
sepenuhnya bertanggungjawab atas bisnis kehidupan Anda dan apapun yang akan
terjadi pada diri Anda sendiri. Anda bertanggungjawab atas semuanya antara
lain, produksi, pemasaran, keuangan, RND dan lain sebagainya diperusahaan
kehidupan Anda. Demikian pula Anda sendirilah yang menentukan berapa besar
gaji Anda, berapa income Anda. Bila Anda tidak puas dengan penghasilan yang
Anda terima, Anda bisa melihat didekat cermin Anda dan menegosiasikan pada
bos Anda, yakni Anda sendiri yang ada did alam
cermin, begitu kira-kira. Nah, menurut saya etos demikian tak dapat
dibantah oleh semua ajaran agama-agama yang ada didunia.
Apa yang anda contohkan bukan malah menujukkan bahwa manusia adalah
segala-segalanya. Terkesan, seolah-olah Tuhan tak memiliki peran apa-apa
disana ?
Di atas saya mengatakan bahwa alasan kita tersenyum di pagi hari
kepada isteri dan anak-anak, menyambut mereka dengan santun, berusaha
datang tepat waktu untuk memenuhi janji, itu semua bukan semata-mata karena
didasari atas kesantunan kita sebagai manusia, melainkan kita ingin
mengabdi kepada-Nya. Begitu juga dengan contoh barusan, itu sebenarnya
merupakan cermin atas pesan agama yang meminta totalitas kita dalam
menjalankan sebuah amanah.. Apalagi jika kita bicara tentang cermin, akan sangat panjang pembicaraan kita. Dan setiap spirit tidak selalu harus ada embel-embel nama surat atau ayat dari kitab suci
tertentu. Bukankah seorang jenderal paling ateis pun ketika melepaskan
pasukannya ke medan perang tak dapat menghindarkan diri dari ucapan, Semoga kalian sukses!. Kalimat Semoga disitu menyimpan harapan campur tangan
kekuatan dari Yang Maha Kuat. Biarlah Tuhan menjadi sesuatu yang
tersembunyi di dalam relung hati kita yang paling dalam .
Apa arti sukses menurut anda ?
Perjalanan 50 tahun hidup yang sudah saya jalani menyimpulkan bahwa sukses
itu tidak selalu berarti mendapat piala atau pujian, meski tak ada salahnya
jika kita mendapatkan keduanya. Hanya saja itu semua bukan kriteria dari
sukses itu sendiri. Karenanya tak jarang orang kemudian sulit menemukan
kesuksesan-kesukses an yang pernah diraihnya. Secara sederhana sukses adalah
bagaimana kita keluar dari comfort zone kita dan mencoba menjadi lebih baik
dari sebelumnya. Dengan definisi ini Anda akan melihat begitu banyak
kesuksesan yang bisa Anda lihat pada diri Anda. Kalau kemarin Anda baru
bisa membantu satu orang, hari ini Anda bisa membantu dua dan besok Anda
bisa membantu lebih banyak lagi, maka anda sukses. Dengan perasaan yang
positif mengenai kesuksesan yang pernah Anda raih, maka Anda akan merasa
semakin sukses dan semakin percaya diri dengan cita-cita, visi dan misi hidup Anda.
Saya sangat tidak setuju dengan ungkapan, Biarlah kita sekarang
susah, asal nanti kita sukses. Ini jelas enggak pernah bakal sukses.
Saya bertanya, dimana anak tangganya? Bukankah untuk meraih kesuksesan
besar harus diawali dengan kesuksesan kecil dan sedang?. Ada pepatah yang
mengatakan, Sukses akan melahirkan sukses yang lain. Nah dari
pepatah ini dapat diambil pelajaran, apabila kita semakin mudah untuk
melihat kesuksesan kita dari hal-hal yang kecil, maka mudah bagi kita untuk
mengumpulkan, mengakumulasikan dan melangkah mencapai sukses yang lebih
besar. Percaya dech, dengan sukses kecil-kecil itu, cepat atau lambat
sukses yang lebih besar akan menjemput Anda.
Penjelasan Anda mengingatkan saya akan nasehat Sufi Besar, Imam Ibnu Athaillah, yang mengatakan, Tanamkanlah ujudmu dalam bumi yang sunyi sepi, karena sesuatu yang tumbuh
dari benda yang belum ditanam, tidak sempurna hasilnya.
Pertanyaannya, bagaimana memupuk rasa rendah hati dalam diri kita ?
O, ya ? Beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk memupuk kerendahan hati
diantaranya adalah dengan menyadari kembali bahwa seluruh yang kita punyai
adalah anugerah-Nya, berkah-Nya atau rahmat-Nya.
Karenanya katakan pada diri sendiri,
Aku masih ingin belajar,
Aku masih ingin mendapatkan input dari sekelilingku,
Aku masih ingin mendapatkan pengetahuan- pengetahuan dari mana saja
agar dapat lebih baik.
Jika ditilik dari kehidupan kita, umat
Islam, nampaknya metode memupuk kerendahan hati yang Anda sampaikan masih
menjadi problem besar tersendiri ya ?
Persis seperti yang saya perhatikan selama ini. Saudara-saudara kita sesama
muslim masih terlalu asyik dengan dunianya sendiri dan bergaul hanya pada
lingkungannya sendiri. Malah yang lebih memprihatikan, dengan sesama muslim
kalau ngundang pembicara dia tanya dulu, Orang itu madzhabnya apa?.
Dia tidak akan menerima orang yang tidak satu madzhab, satu
aliran, dengannya. Padahal dinegara-negara maju sudah menjadi pemandangan
yang biasa orang-orang Yahudi mengundang pembicara Islam, Hindu atau Kristiani, atau sebaliknya. Mereka sudah mantap dengan iman mereka sehingga mereka tidak khawatir dengan pembicara yang datang
dari luar komunitas mereka. Mereka sangat yakin, bahwa dengan cara demikian
(menghadirkan pembicara orang luar), mereka dapat memperkaya
wacana dan kehangatan batin. Kita, atau persisnya sebagian umat Islam, lupa
bahwa salah satu cara mensyukuri perbedaan ditunjukkan bukan pada lisan
akan tetapi dengan mendengarkan pendapat orang lain yang beda keyakinan
agamanya.
Anda punya pengalaman keberislaman Anda yang inclusive itu?
Iya. Pernah beberapa peserta saya mengklaim materi yang baru saja selesai
saya sampaikan menurut sudut pandang keyakinan agama mereka. Seorang
peserta yang beragama Kristiani mengatakan bahwa materi saya ada juga di
ajarkan d alam Injil. Peserta lain yang beragama Islam mengaku bahwa materi
yang saya sampaikan ada di Al-Quran surat al-Maidah.
Peserta yang Budha menganggap bahwa materi saya itu
penerapan dari Dharma-dharma Budha. Saya hanya mengembalikan semua
apresiasi itu kepada-Nya.
Pengalaman lain ?
Masih banyak orang yang salah faham terhadap Islam. Ada satu pengalaman
yang mengherankan sekaligus membuat saya prihatin. Dalam
satu seminar di acara coffee break isteri saya didatangi salah seorang peserta
penganut agama Kristen yang taat. Masih kepada isteri saya, orang itu
memberi komentar bahwa saya menerapkan ajaran Injil dengan baik. Lalu
dengan lembut, penuh kehati-hatian, isteri saya memberitahu bahwa saya
seorang muslim. Sontak orang itu terperanjat saat mengetahui bahwa saya
seorang muslim. Yang membuat isteri saya (dan kemudian juga saya) prihatin
adalah ucapannya, Loch , koq ada ya orang Islam yang baik macam Pak Mario !?
Saya pun terkekeh mendengarnya. Nah ini
kritik dan sekaligus menjadi tugas kita semua untuk memperbaiki citra
Islam
0 komentar:
Posting Komentar